Lalu, Aku Mengerti [cerpen]
WARNING: Ini sebenarnya cerita gaje yang tercipta saat belajar Bahasa Inggris untuk UNAS besoknya. Jadi harap maklum kalau semrawut -__-.
Karena cerita ini pun tercipta kilat selama 2 jam. J
***
Aku bisa mendengar derap sepatunya yang tegesa-gesa mencapai pintu kelas. Dan tentu saja. Detik berikutnya wajah yang selalu nampak kacau dipagi awal pelajaran ini terlihat. Membuat Pak Suto yang sedang berorasi dengan enggan mengatupkan bibirnya dan menolehkan kepalanya ke arah pintu kelas. Begitu juga yang lainnya. Tentu saja aku pun.
Setelah Pak Suto mempersilahkannya masuk kelas dan menyuruhnya segera duduk,—walau dengan raut kesal—beliau kembali berkicau. Dengan santai dia berjalan menuju bangkunya dan melewatiku. Aku mencoba tidak melihatnya. Tolong. Walau sebenarnya aku malas melihat wajah killer Pak Suto tapi kurasa itu lebih baik, hanya agar jantungku tidak berdegup lebih cepat.
Dan. Baik. Mungkin mataku berhasil mengabaikannya, tetapi indra penciumanku semakin bekerja ekstra, membuatku dapat menghirup bau parfume khasnya. Aku menunduk, merutuk dalam hati.
“Ah, ini kapan selesainya sih, Pak Suto ceramah. Nggak berubah yaaa”
Sarah teman sebangkuku mulai berdemo dengan suara paling minim. Aku menoleh kearahnya. Tersenyum. Maaf Sarah, aku bukan tersenyum karenamu kali ini. Alasan itu ada tak jauh dari kita. Di belakang sana.
Pak Suto masih saja bersemangat memotivasi murid-muridnya. Menurutnya, memotivasi murid-murid lebih baik daripada memulai pelajaran penjaskes yang diajarnya. Yaa,yaa.. siapa yang bisa mencegahnya bila sudah begini? Kecuali bunyi—
‘KRIIIINGG’
—nah, bel penyelamat itu berdering juga.
“Baiklah kalau begitu, ingat fokus ya, nak” Nasehatnya sebagai penutup, dan ini belum berakhir “Sekarang kita mulai pelajarannya. Buka halaman 46..”
Dengan mood yang sudah terkuras habis ini, anak-anak membuka buku dengan malas.
“Kerjakan itu latihan dua, tentang Basket, jawabannya ditulis di kertas, bel bunyi kumpulkan ke saya” Spontan aku melebarkan mataku.
“Lho, Paak! Kan belum sempet diterangin?” Protes salah satu temanku.
“Kalian baca sendiri saja, lagipula kalian kan sudah sering praktek pasti mudah..” Kata Pak Suto tanpa rasa bersalah berhasil menghabiskan satu jam pelajarannya dengan motivasi-motivasi itu “Sudah, cepat kalian kerjakan, tanpa suara!” Perintah Pak Suto lagi saat seluruh kelas berdengung kompak.
Well, bukankah biasanya pun seperti ini?.