Suara hak sepatu setinggi 7cm--baiklah ini hanya dugaanku--yang beradu dengan lantai membuatku spontan menoleh ke arah sumber suara. Ke arah tangga yang menghubungkan antara lantai bawah dengan lantai atas. Setelah mendapati bahwa sepasang couple baru saja datang, mataku kembali ke arah buku menu lalu mengangguk kecil sambil mengucapkan pesanan.
“Baik, satu Ice Lemon Tea, ditunggu ya, kak..”
Aku tersenyum saja kepada waitress itu. Beralih melihat handphone yang rasanya sepi sekali. Tidak ada pesan atau notifikasi apa-apa. Jadi aku meletakkannya lagi keatas meja.
Hampir semua pengunjung tempat makan ini adalah pasangan muda-mudi yang sepertinya sedang kencan. Lainnya adalah keluarga kecil yang sedang makan malam dan beberapa kelompok anak nongkrong gaul yang memilih tempat outdoor yang disediakan rumah makan ini. Jadi, cuma aku yang sendirian di tempat ini. Haha. Aku kembali menatap handphoneku yang sepertinya tidak ada perubahan. Bodoh sekali 'kan.
Sambil menunggu minumanku datang, aku sesungguhnya lebih tertarik melihat ke arah samping kiri. Jika aku menunduk kearah bawah, aku dapat melihat daerah outdoor tempat ini. Lalu teringat teman-teman SMA-ku dulu. Dulu--atau bahkan sekarang, kadang-kadang--aku juga seperti mereka, menghabiskan sore bersama teman-teman yang lain. Tapi jika kau melihatnya tepat dalam sudut 90 derajat. Kau akan melihat indahnya pemandangan, jalanan kota yang padat dan ramai dihiasi berbagai lampu dari gedung-gedung atau mobil-mobil di sekitarnya. Walau diatas tidak ada bintang. Tapi aku cukup senang hanya dengan kehadiran lampu-lampu kota ini.
Suasana malam dan indahnya lampu-lampu kota selalu mengingatkanku dengan kamu. Entah kenapa saat-saat bersama kamu selalu di dominasi dengan malam dan lampu kota.