Jumat, 25 Februari 2011

How about our Friendship? [cerpen]

Pintu berbahan kayu itu terbuka. Sedetik kemudian seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan rambut yang sudah tidak terikat dengan rapi masuk dengan pandangan kosong. Dengan membelakangi pintu, dia mendorong pintu kamarnya dengan punggung. Matanya mulai berkaca-kaca. Mulai terisak. Tubuhnya merosot jatuh terduduk menyandar pintu. Citra—nama gadis itu—menenggelamkankan wajahnya ke rok panjang yang menutupi lututnya itu.
“Aku nggak bisa hidup seperti ini,” gumamnya “kenapa mereka semua malah menjauhi aku?” Teriaknya tak tahan lagi.
Kenapa?. Sudah lebih dari seminggu dia diabaikan oleh dua sahabatnya. Ya, memang keduanya merupakan sahabat bagi Citra, tetapi mereka bertiga tidak bersahabat. Hmm, seperti ini. Citra bersahabat dengan Vega dan Rachel, tetapi Rachel dan Vega tidak bersahabat, bahkan berteman pun tidak.
Setelah cukup puas menangis, dengan badan yang dirasanya menjadi berat karena masih ada beban tas dipunggungnya itu, ia mulai berdiri dan menyeka air matanya dengan dasi. Langkahnya menyeret menuju jursi belajarnya, melepas jeratan tasnya lalu memegangi kepalanya yang mulai terasa pusing.
Indra penciumannya mulai menghirup oksigen yang dibawa angin dari celah-celah jendela disamping meja belajarnya  yang terbuka. Menit berikutnya ia memutuskan untuk membasuh muka dan berusaha melupakan kejadian hari ini.
Pagi ini Citra memasuki kelasnya dengan kadar semangat jauh dibawah rata-rata. Ralat. Bukan hanya pagi ini, sejak kejadian beberapa hari yang lalu sebenarnya. Dengan helaan nafas panjang ia mulai memasuki kelas—
“Woooo...” Rachel yang baru saja ingin keluar kelas hampir menabrak Citra yang sekarang mundur dua langkah sambil mengelus dada. Kaget. Tak lama mereka hanya diam. Canggung. Sampai akhirnya Rachel yang lebih dulu bertindak—keluar kelas— setelah sebelumnya tersenyum ramah seperti biasa ke Citra.
“Dia senyum. Tapi bukan itu mau aku, harusnya kamu menyapa aku, Chel..” Ucap Citra dalam hati.
Citra berjalan menuju tempat duduknya. Disebelah Vega. Ya, Vega yang sekarang sedang duduk kaku dibangkunya dengan wajah tertunduk, tidak seperti biasanya yang akan menyapanya duluan saat ia baru saja melangkahkan satu kakinya ke lantai kelas.
Salah Citra juga, kah? Memang, Citra telah meluapkan semua emosinya. Semua rasa kesalnya yang selalu dia pendam kepada Vega, yang membuat Vega berdiri kaku tak bisa berkata-kata.
Well, kalau kau ingin tahu mengapa Citra berlaku seperti paragraf sebelumnya. Alasannya adalah habisnya kesabaran Citra atas sifat buruk Vega, sahabatnya sejak kelas X. Partner setianya. Pasangan sebangku yang paling awet sejak awal masuk sekolah. Tidak seperti yang lainnya yang sudah bergonta-ganti teman sebangku.
Citra menyibukkan diri dengan buku catatannya. Sedangkan otaknya masih sibuk beradu, memperdebatkan sesuatu yang abstrak. Tidak jelas. Sampai akhirnya semuanya itu membawa potongan-potongan kenangannya bersama Vega.
Vega. Cewek ajaib, menurut Citra. Cewek yang ‘dulu’nya nggak akan bisa hidup tanpa Citra. Selalu bersama-sama. Karena Vega selalu meminta tolong Citra. Selalu mencurahkan semua cerita-ceritanya ke Citra. Sampai-sampai mengatur kehidupan Citra.
Reflek Citra menghentakkan kakinya saat hatinya meneriakkan kalimat terakhir. Yah, Vega memang sering sekali meminta tolong kepada Citra. Seperi membelikan makanan ke kantin saat Vega sedang Bad Mood, atau menuliskan catatannya saat Vega sedang sakit, atau menemaninya kemana saja yang ia mau, dan masih banyak hal lainnya. Pada awalnya Citra senang-senang saja, demi sahabatnya yang moody itu. Tapi lama-lama dia capek. Apalagi saat batas kelelahannya sudah didalam ubun-ubun, Vega mulai berulah ‘konyol’.
TEET TEET TEET
Oh, sungguh otaknya sedang kacau. Sama sekali tidak berminat menerima pelajaran.
Tanpa Citra sadari ada dua pasang mata yang memperhatikan dia. Vega dengan perasaan canggungnya dan Rachel dengan perasaan kasihan dan bersalahnya.
“Maaf Cit, aku ngejauhin kamu bukan karena apa-apa. Aku Cuma nggak bisa seneng-seneng sama kamu sedangkan Vega sendirian kaya’ gitu” Gumam Rachel dari bangkunya.
Bel istirahat baru saja berbunyi. Dua anak yang menduduki bangku itu Cuma diam. Setelah perdebatan monoton di otaknya, Citra memutuskan pergi menuju kantin tanpa sepatah kata pun. Vega menghela nafas.
“Masih marah ya? Kamu nggak mau temenan sama aku lagi bukan?”.
Suara Citra menggema di benaknya. Vega menenggelamkan wajahnya, ingin meredam suara itu. Percuma. Karena benaknya sedang memutar kembali video menyesakkan itu.
“Cukup, Veg!” Teriak Citra sambil menggebrak mejanya, saat bel pulang telah berbunyi beberapa menit sebelumnya. Teman sekelas mereka menoleh kompak ke asal suara.
“Kamu nggak bisa terus-terusan ngatur hidup aku, Veg!”
“T-tapi aku Cuma bantu kamu. Biar kamu dapetin segalanya yang terbaik..”
“Terbaik apa? Dengan ngatur-ngatur aku harus berteman dengan siapa, harus ke kantin sama siapa, harus sekelompok sama siapa, harus suka dengan siapa, oh ya! Bahkan harus pacaran dengan siapa!?”
“Citraa.. kamu sama Reinald itu cocok, dia baik dan aku yakin kalian pasti—“
“Nggak.. dia itu Cuma temen satu ekskul yang bahkan aku nggak tau apa-apa tentang dia!”
Great, Citra dan Vega menjadi tontonan sekarang.
“Aku selalu nolongin kamu Veg. Apapun aku bantu buat kamu, aku seneng ngelakuinnya. Tapi aku nggak suka diatur-atur”
“Aku ngelakuin itu karena aku sahabat kamu”
Citra menghela nafas. Tersenyum frustasi. Dan berdiri.
“Kalau kamu memang sahabat aku, harusnya kamu nggak pernah nyuruh-nyuruh aku, nggak akan maksa kehendak aku. Harusnya kamu biarin aku berteman dengan orang yang aku mau, harusnya kamu nggak ngelarang aku buat temenan sama Rachel!”
Dan Citra pun pergi meninggalkan kelas, membiarkan Vega yang Cuma bisa membuka mulutnya. Sakit. Vega melirik ke tempat Rachel yang hanya melihat dan sekarang sedang memejamkan matanya. Sisa-sisa siswa yang ada di kelas mulai kasak kusuk.
“Seketerlaluan itukah sikapnya selama ini? Jahat sekali, eh?. Entahlah, mungkin memang sampai disitu saja persahabatannya dengan Citra. Lagipula kalau sekarang dia menjauh dari Citra, Citra tidak akan tertekan lagi bukan? Ya. Itu yang terbaik” pikir Vega.
Pagi berikutnya Rachel berangkat sekolah dengan rencana yang sudah tidak bisa ditunda lagi pelaksanaannya. Ia harus menyelesaikan semuanya. Tidak bisa lagi dia melihat kedua temannya—Citra dan Vega—tidak bertegur sapa seperti itu.
Jadi saat bel istirahat berbunyi, Rachel langsung berlari mengejar Citra yang lagi-lagi pergi keluar kelas sendirian dengan muka datar.
“Cit!” Rachel mensejajarkan langkahnya dengan Citra.
“E-eh! Hai, Chel!” Ada rasa senang mendadak dalam hati Citra. Ini pertama kalinya Rachel menyapanya sejak hampir dua minggu ini.
“Umm, ada yang mau aku bicarain..”
“Eh? Tentang apa?”
“Tentang kamu dan Vega”
“O-oh..” Sontak Citra menjadi gugup.
“Ntar aja di kantin..” Kata Rachel tersenyum tipis.
***
“Kamu ajak dia ngomong baik-baik lagi deh, Cit. Kasian kalau dia sendirian kaya’ gitu. Yaa sejelek-jeleknya dia, aku tau kok kamu waktu itu Cuma emosi sesaat, eee nggak tau juga sih ya”
“Tapi aku rasa kamu sebenernya masih mau temenan sama dia, kan?”
Bola mata Citra memang tidak menatap Rachel si pemilik suara tadi, melainkan ke arah butiran-butiran air yang mengalir turun di dinding-dinding botol minuman yang ia beli tadi. Tapi telinganya menyimak semuanya, membuat otaknya sibuk berdiskusi. Lagi.
“Dia itu egois..” Kata Citra lirih.
Rachel tersenyum remeh, “Trus?”
“Ha? Maksudnya?” Citra mendongak.
“Sebutin aja semua sifat Vega yang kamu tahu..”
Bingung. Menghela nafas, Citra membuka suaranya “Dia itu egois, nggak mandiri, cengeng, BM’an, manja, tegas, galak, judes.” Ucapnya semakin melambat “ceroboh, keras kepala..” Tanpa Citra sadari bibirnya tersenyum tipis. Masih menerawang. Rachel tahu tidak akan semudah itu bagi Citra untuk membenci Vega.
“Dia itu pemaksa, cerewet. Pe-peduli. Baik” Tersenyum miris sekarang. Ada rasa kangen. Citra merindukan Vega. Hal yang selalu dia rasakan tiba-tiba saat di rumah, tapi selalu berusaha dia abaikan saat di sekolah.
Hening.
“Udahlah, nggak ada salahnya meminta maaf duluan. Lagipula kalau menurut aku ya, Cit dia bakal mikirin semuanya yang pernah dia lakuin ke kamu dan akan merubah sifat buruknya, apalagi setelah kamu meledak waktu itu..” Kata Rachel tersenyum, begitu pun dengan Citra.
“Tapi kalau dia tetep ngelarang aku temenan sama kamu?”
“Yah, mau gimana lagi..” Rachel mengangkat bahu “Lagian juga aku nggak mau temenan sama kamu. GR banget..” Rachel menyeringai remeh.
“Jahaat..” Rajuk Citra. Rachel tertawa.
Pulang sekolah. Saatnya semua murid dengan ajaib memasang tampang cerah secara bersamaan disaat pelajaran terakhir ini nyaris sukses menghipnotis semua murid untuk jatuh di alam bawah sadar. Perlahan, satu per satu murid-murid di kelas itu mulai meninggalkan kelas, setelah sang ‘master hipnotis’ melangkah keluar kelas.
Citra sengaja tidak beranjak dari tempat duduknya. Memaksa Vega yang duduk disamping kirinya tidak bisa keluar. Mau bagaimana? Samping kiri Vega adalah sebuah dinding. Ia tidak ada keberanian untuk mengajak Citra bicara untuk memberinya jalan keluar. Jadi Cuma satu yang tersisa. Menunggu cewek berkuncir kuda itu meninggalkan bangkunya. Walau harus menahan nafas bermenit-menit.
Ada Rachel yang menunggu diluar kelas. Saat kelas itu hanya dihuni oleh Citra dan Vega, saat itu pula Citra menjalankan niatnya sejak istirahat tadi.
“V-veg..” Kata Rachel kaku. Si pemilik nama mendongak kaget.
Citra merubah arah hadapnya menghadap Vega yang tetap menghadap papan tulis.
“Aku. Aku mau minta maaf soal waktu itu. Ee, waktu itu aku bener-bener lagi capek..” Katanya “Euh, emang sih yang aku omongin itu nggak bohong. Sebenernya aku bener-bener nggak suka diatur-atur. Itu hak aku buat suka sama siapa dan berteman dengan siapa..” Penjelasan yang tidak berbeda dengan dua minggu yang lalu, tetapi dalam suasana dan intonasi yang jauh berbeda.
“Yaa, awalnya aku emang marah banget. Tapi beneran deh, sekolah nggak denger suara kamu itu...” Kata Citra menggantung “Ah, aku kangen sama kamu, Veg” Tidak bisa ditahan lagi. Tidak perlu berkata banyak lagi. Citra langsung memeluk Vega yang sedang mematung ini.
“Jangan begini. Jangan buat aku menjadi temanmu lagi. Bukankah aku akan menyusahkan hidupmu?” Batin Vega, walau cairan bening sudah mengalir di pipinya.
“Beneran Veg. Aku minta maaf.. kamu masih mau jadi sahabatku kan?” Ucap Citra, masih memeluk.
“Bukan. Harusnya aku yang meminta maaf..” Batin Vega lagi.
“Veg?!” Tanya Citra yang melepas pelukannya. Ternyata pipinya juga sudah menghasilkan sungai kecil.
“Jangan.. kamu jangan nangis” Kata Vega akhirnya, menghapus cairan di pipi Citra “Biar aku aja yang cengeng. Kamu jangan..”
“Bodoh..”
“Aku yang minta maaf, buat semua sifat aku. Buat segalanya yang ternyata menyusahkan kamu. Buat keegoisan aku. Aku tahu kok ternyata aku keterlaluan ya?” Kata Vega “Habisnya aku terlanjur bergantung sama kamu, aku takut kalau kamu berteman dengan yang lain kamu bakal ninggalin aku.. bodoh ya?”
“Ya. Bodoh sekali..” Kata Citra sambil tersenyum. Tangannya menyeka air mata Vega.
Rachel yang berdiri menyandar pintu yang menjeblak keluar sehingga membuatnya tidak terlihat dari dalam kelas itu tersenyum lega. Dua sahabat itu sudah berbaikan. Rencananya berhasil bukan? Lalu bagaimana dengan dirinya?
“Tidak apa-apa.. yang penting kedua temanku sudah tidak perang dingin lagi” Kata Rachel dalam hati. Sekarang ia bisa pulang dengan perasaan lega—
“Chel!” Citra menarik tangan Rachel, ada Vega disampingnya. “kamu, masih disini. Thanks..”
“Anytime”
Rachel segera beranjak pergi lagi saat satu kalimat barusan itu membuatnya spontan menoleh ke belakang lagi.
“Maafin aku ya, Chel..” Kata Vega tulus.
Eh?
“Haha, buat apa? Kamu nggak ada salah apa-apa sama aku..”
“Terserah deh ya. Tapi aku beneran minta maaf” Katanya “dan untuk membayar semuanya. Kamu mau kan jadi temenku?” tangan Vega terulur ke arah Rachel yang tidak percaya.
“Tentu saja..” Kata Rachel masih tidak percaya, walau senyumnya melebar sekarang. Citra yang senang luar biasa melihat sahabatnya akhirnya berteman ini langsung memeluk keduanya, membentuk lingkaran kecil. Tawa mereka bertiga menghibur koridor sekolah.
“Jadi bagaimana dengan persahabatan kita?” Tanya Citra.
“Kita susun lagi dari awal cerita persahabatan kita!”

=The End=
Eh? Haloo, loha.. heloo.. spada, spidi, semart, wifi.. (?) bangun mbaakk maass.. ceritanya udah selesai.. jangan tidor ajaa.. XD
Hehe. Maaf ya.. lagi-lagi aku bikin cerita geje. Kali ini.... LEBAY ABIS!!! XD nggak tau juga kenapa aku bisa bikin cerita kaya’ gini.. emang lebay ya? Aku sih ngerasa gitu –o- maklum, sekarang tontonan saya sinetron.. kan Kemilau Cinta Kamiyem udah tayang yang sesen 4 :3 *kesurupan*.
Well, lupakan si Kamiyem, dan kembali ke cerita alay ini. Mau curhat.. curhat apaan ya? *DIENG* Eee, yah soal ide cerita terpikirkan begitu saja, haha. Dan soal nama tokoh.. naaahh ini yang susah banget!! Saya nggak jago ngasih namaa.. mikirin nama itu bikin saya mandeg ngelanjutin nih cerita, padahal baru ditulis beberapa kalimat.. *Eyaaakk* haha, jadilah tuh bertiga nama. Spontan abis.
Dibikin di sela-sela UTS melanda.. haha (anak nakal) daripada ilang moodnya -_-.
Sudahlah begitu saja, ini mbak saya udah ngamuk-ngamuk nyuruh saya belajar waktu saya lagi ngetik XD. #curcolnumpanglewaat:P
Terima kasih yang sudah MAU membaca. Terlebih yang BERSEDIA berkomentar dan berkritik atau memberi saran! Semuanya akan saya tampung dengan hati gembiraaa :D
Mohon maaf kalau tidak menghibur atau malah membuang-buang waktu Anda.
Sayonaraaaa... =]
-GentaRP-

Jumat, 18 Februari 2011

Rio - Begitu Indah (@ MAG)



Oke, Fine! oke fine! let me meleted pleasee.. (maaf saya emang lebay kalo' berurusan sama makhluk satu ini)
Intinya aku sukaaa!! meleted abiiss, walau ada yang salah lirik segala macem, tetep aja kereen!!
dan yang aku tahu. aku baru lihat senyum miringnya RIO!! Cakep PARAH!!, dari dulu taunya gara-gara dicerbung atau cerpen doang, tapi nggak pernah liat sebenernya, dan disini dia nunjukin senyum miringnya! dan emang cakeeppp!!

Senyumnya meremehkan tapi kereenn!! love this video! (apalagi suaranyaa... *o*)

Tragedy at SSC (lebay abis) _o_

Well, kali ini saya mau curhat -,-.
Kemarin, tepatnya tanggal 17 februari 2011, anak sekelas di tempat les saya, untuk yang kesekian kalinya tertawa karena saya. He? Kalau biasanya sih, mereka ketawa karena nggak sengaja ‘celetukan’ saya yang suka ‘ajaib’ terdengar sepenjuru kelas, dan itu memalukan walau menururt mereka itu ‘komedi’ banget!.
Tapiiii, yang kemarin, itu super memalukan. Bayangin. Aku jatoh didepan anak sekelas!!! *JENG JENG!* (zoom in zoom out zoom in zoom out)=_____-a. #Lebayabis.
Begini, kelas saya kan dilantai 2, dan kalo’ naik tangga, diujung tangga itu pas sama pintu kelas aku. Waktu itu aku abis sholat maghrib dan tentor sudah masuk kelas, aku sengaja meninggalkan temanku yang masih ada dilantai bawah, dan unfortunately, kaki aku tiba-tiba salah melangkah di ujung anak tangga, badan saya terdorong kedepan sampai menjeblak pintu berayun itu terbuka, dan SAYA jatoh merangkak didepan, dekat papan tulis, disebelah tentor fisika!. –o-.
“Huahahahahahhaaaahahahahaaaaha...”
Itu lah reaksi penjuru kelas. Tentornya juga nahan ketawa banget! Aku pasrah, dan segera berdiri, malu abis!, jadinya waktu salim ke tentor Cuma bisa cengengesan “mendadak keseleo, bu, hehehe”. Lalu teman yang aku tinggalin tadi segera masuk dan berkata “abis ngapain,Gen? Atraksi? hahahaha”.  Sialan, sepertinya aku kualat sama temen ‘sarap’ aku yang satu itu. =.=a

Minggu, 13 Februari 2011

Ost. Jewel In The Palace-Yun Bap




Well, salah satu instrument favorite saya niihh!! *prokprokprook*  udah dari dulu nyari akhirnya nemu juga! >.< instrumen ini salah satu soundtrack dari serial korea berjudul 'Jewel in  the palace' iya.. serial korea yang super keren ituu XD. hahaha, keren kan.. high recommended buat kalian yang suka dengerin instrument (yaah walaupun ini instrument pake alat-alat musik tradisional) tapi keren, kan?

Chord + Lirik Jangan Putus Asa – RODAR+Lintar IC3

C
   Ku hirup udara..
F
   Dan rasakan hangatnya mentari
C
    Oh, indahnya hari ini..
F
    Menjalani hidup yang pasti
            C
               Janganlah menangis..
            F
                Lepaskan semua beban dihatimu
            C
                Ayo ikutlah denganku
            F
                Kita bernyanyi nanana..nana

#       C            Am
    Hidup ini  hidup yang penuh bahagia
           F                   G
    Tetap semangat dan jangan putus asa
           C           A
     Hidup ini hidup yang sangat berarti
            F                  G                          C           
     Terus berjuang, tuk menggapai impian..
(Reff 2= overtone to Do= F)
Halooo!!! :D balik lagi sayaa hahaha. Dateng membawa chord lagii, hari ini chord dari lagu Jangan Putus Asa yang dinyanyiin sama finalis Idola Cilik 3 yaitu Ray,Ozy,Deva,Alvin,Rio dan Lintar. Lagu ini ciptaan dari vocalisnya D’massive Kak Ryan! :D
Kebetulan tadi siang kangen ama bocah-bocah ini, eh jadi pengen main pake keyboard dan nemulah chord ini!
Ah, lagu ini the best deehh, suka banget! Bener-bener bikin semangat! Saya suka joget-joget keong racun setiap dengerin lagu ini! (?). bahkan lagu ini aku jadiin alarm lhoo #infogapenting -_-
Oh, iya.. seperti biasa aku ngasihnya pake nada dasar C ya, tujuannya sama biar temen-temen gampang ngafalinnya. Kalo’ mau nada dasar aslinya itu E, tapi ntar di reff ke-2 (mau akhir gitu) ada overtone atau naik tangga nada jadi nada dasar F. :D
Biar gak bingung nih aku kasih daftar pemindahannya..
Kalo’ Nada dasar E
C = E; F= A; G= B; Am= C#m; A=C#.
Kalo’ yang pas overtone, nada dasar F
C= F ; F= Bb ; G= C ; Am= Dm ; A= D.
Ngerti kan? Jadi kalo diatas saya ngasihnya chord C kalo’ mau sesuai nada dasar anak icil tinggal diganti chord E, kalo’ diatas G tinggal diganti B, dst.
Wuihh, metesek banget penjelasan aku hari ini! Hahhaa, tapi semoga bermanfaat buat kalian.. :D
Btw yang mau download lagunya, bisa download disini J KlikIniBuatDownload:D
Sekian dari saya,Sayonaraa XD
Nb: maaf kalo’ mungkin kurang pas.­_.v
dari kiri: Rio, Alvin, Deva, Lintar, Ray, Ozy

Jumat, 11 Februari 2011

LOTR [ part 14]

LG mempersembahkan :
Part 14 : Undangan
POV    : Lisa
Mr. Jaded?”
Ini beneran Mr. Jaded yang cowok misterius di Fb itu? Tapi, tau darimana dia nomerku? Tunggu.. cara tulisnya emang agak berubah, tapi—
“Kaak! Ada Tata sama Ozy ini, lho!” Teriakan Mama.
Tata? Ama Ozy? OZY? Tunggu.. so what kalo’ ada Ozy?
“Iya, Maa.. bentaar!”
Aku liat lagi sms dari Mr. Jaded yang mencurigakan itu.
From: Mr. Jaded?!
Yeah, I’m Mr. Jaded.. your secret admirer, but I wont someone become second jaded like me. So I’ll always help you. Anything..
-Continue-
Aku menuruni tangga. Dibawah udah ada Tata ama Ozy lagi ngobrol-ngobrol ama Mama. Aku samperin deh, mereka..
“Aaalll!!” Seru Ozy heboh. Mama ampe kaget. Ya ampuunn cowok ini. Aku bales senyum, padahal Tata udah masang gaya tepok jidat ala Sule. Aku meringis.
“Yaudah, tante tinggal ya..” Kata Mama.
“Jadi, apa maumu di rumahku?” Tanyaku melipat tangan di depan dada.
“Gini, Al.. daripada kita boring.. kita pergi, yok! Ke toko buku..” Ozy angkat bicara, Tata Cuma manggut-manggut.
“Ama.. aku?” Tanyaku.
“Yaiyalah.. masa’ ame  Mpok Nori!” Jawab Ozy. Tata ketawa. Hadeehh.. nih bocaah.
“Ya.. gue kira, selera lo kan yang udah lansia-lansia gitu, Zy..” Balesku.
“Lho, emang! Kok tau? Lah, aku kan ngidolain kamu Al.. kamu kan Al Wijaya.. adeknya Nani Wijaya!” Bales Ozy balik. Tata kesekian kalinya ngakak.
“Bennerr.. Al Wijaya, nggih..” Aku ngelempar bantal di kursi ke muka Ozy.
“Ehem-hem-hem..” Tata tiba-tiba berdeham “Maaf, tapi disini masih ada anak di bawah umur..”
“Halah, wopoae!” Kataku sambil ndorong Tata, tapi ya ampun.. yang aku lakuin itu sama + bareng ama Ozy .///.
“Cieee.. barengan pula!” Kata Tata. Matilu aku salting, tapi enggak buat Ozy, dia malah semangat jawab
“Yaiya dundt.. kita kan sehatii..”
Ya ampun! =.=a
“Tapi, Ta! Bentar lagi Rio pulang lhoo.. gak mau nunggu Rio, ta?” Aku colek-colek pundak Tata.
“Ha? Hehehe..” Tata cengengesan “Aku mah.. terserah aja..”
“Ceilah..” Ozy ikutan ngegodain Tata.
‘Tin-Tin’
Bunyi klakson mobil. Sepertinya yang baru saja kita bicarakan sudah tiba..
“Noh.. udah dateng, sono samperiinn..”
“Ah, apaan.. ngapain deh?”
“Pake’ malu-malu segala dia, Al..” Aku manggut-manggut setuju ke arah Ozy.
“Yok keluar, Yok!” Ajak Ozy, kita menuruti keinginannya.
Lalu muncullah Pak Holmes dan Pak Watson dengan wajah lusuh. Papa tetep senyum. Om Watson keliatan judes, tapi senyumnya terkembang seketika waktu liat Tata.
“Eh, Tata! Anakku..” Kata Om Watson sambil meluk Tata. Tata Cuma senyum.
“Hello Miss Holmes..” Papa ngajak aku toss yang aku bales toss juga.
“So, how was your case sir?” Tanyaku.
“Amazing like usual..” Jawabnya. Aku senyum seneng. Trus Papa ngajak Om Watson masuk gitu. Kita tetep di luar, nungguin tamu terakhir. Mane tuh si Dek Yo sotoy?
“Si-Rio mana, Al?” Tanya Ozy.
“Entahlah..”
“Pa, Rio mana?” Tanya Tata. Ciee.. khawatir ya, Neng!
“Lho, Holmes! Rio ketinggalan di Makassar!” Seru Om Watson.
“Oh iya! Ah, babahin..” Kata Papa.
Oh, dasaar wong loro iku podo ae. Kita cengo’. Sepertinya aku tau sesuatu.
“Follow me..” Perintahku.
Aku jalan ke arah mobil. Palingan juga Dek Yo...
“Bennerr..” Seruku.
Dek Yo lagi tidor. Ozy geleng-geleng. Tata ketawa kecil.
“Bangunin gih, Ta!” Kata Ozy.
“Kenapa deh.. mesti aku..” Elak Tata.
Aku buka pintu mobil. Rio masih tidur pules.
“Dek.. Dek Yo! Bangun dek..”
Rio gerak-gerak dikit, disusul matanya gerak-gerak juga, lalu perlahan membuka matanya. Dan diem.
1 detik.. J  5 detik :\  8 detik -_-!
“Kakak?”
Dieeeeengg....
Loading...
Kita duduk di teras. Dek Yo masih kucek-kucek mata. Masih pake jaket dark blue dengan bordiran doraemon di dada kirinya.
“Hei, Ta! Lama tak melihatmu..” Sapa Rio.
“Hei, Yo..”
“Ehherm..” Deham Ozy.
“Eh? Hei, Zy.. hehe Hei, Kaak!!” Sapa Dek Yo lagi.
“Yo.. gak bawa oleh-oleh, ta?” tagih Ozy =o=”
“Ooji.. jangan aneh-aneh ah! Rio kan gak lagi liburan!”
“Ya, mungkin aja, Ta.. kan lumayan..” Ozy cengengesan. Ngarep lu, Zy..
“Ada dong! Tunggu..” Kata Dek Yo. Eh, beneran? =o
Dek Yo ngerogoh tas ransel gedhenya. Ngeluarin satu botol kecil berisi—air putih? —o—“
“Taaraa!! Ini oleh-olehnya!!” Serunya heboh. Super heboh aku rasa.
Kita bertiga ini lagi cengo’ lho! Dek Yo!! Ini ide paling buruk yang pernah aku tau. Oleh-oleh air putih? gak ada barang lain apa? Mending gak usah bawa wes! _-_! Aku mulai meragukan kalo’ dia dulu adalah anak akselerasi.. dengan danem kobongan -_-.
Dek Yo buka tutup botolnya trus nyiramin sedikit air ke tangannya trus nyipratin ke muka—kita bertiga?
“Dek Yo!!! Apaan, sih?!”
Tata geleng-geleng sambil ngelap muka. Ozy still cengo’.
“Ini bukan air putih biasa.. ini air dari air terjun Malino di Desa Bili-Bili. Waktu Papa ama Om Watson nyelidikin kasus. Aku diceritain ama ibu-ibu situ kalo’ ini bagus banget.. bisa bikin awet muda! Hahahaha... XD”
=o=a
“Ih, Rio! Lucu banget sih.. hahaha..” Tata ketawa dibarengin Ozy. Hhh.. aku Cuma bisa nepuk jidat ala Sule.

Besoknya..
Break time! Yah, waktu istirahat setelah beberapa jam yang lalu kita menjalani kegiatan yang namanya ‘sekolah’. Dan kalian tau pembaca? Cowok disebelahku udah teriak-teriak minta ke kantin.
“Ayok, Al! Ke kantiin..”
“Jii! Ya ampun! Sabar, ta..” Kata Tata sambil nunjuk sebelahnya pake lirikan, yah.. masih ada Obiet disebelah Tata. Jadi dia gak bisa keluar.
“Emboh iki.. Ta, urusono iku lho, anakmu!” Kataku.
“Anakku!! Bennerr..”.
Dek Yo dateng dengan muka kusut.
“Pengang kuping gu-Oh, Hai, Biet! Hehe..” Kata Rio yang baru nyadar kalo’ masih ada Obiet disitu! -__-.
“Hai, Yo!” Sapa Obiet juga, “Hei, mumpung kalian semua lagi ngumpul disini, ada yang mau aku kasih tau ke kalian..” Lanjut Obiet, ngadep ke kita berempat.
“Tolong ya, Biet!!” Teriak Ify trus keluar kelas ama gank-ganknya. Obiet Cuma ngangkat jempol. (  ^_^)d
“Tentang apa, Biet?” Tanya Ozy.
“Hahaha, nggak usah seserius gitu, ini tentang..” Obiet ngerogoh ranselnya “Lo, pasti udah tau, Yo..”
“Ha? Tau apa?” Tanya Rio blo’on.
“Nih..” Obiet bagiin dua amplop berwarna hitam dengan hiasan warna magenta, ke Ozy dan-
“Buat kamu, Lis..” Aku sempet ngeliatin Obiet untuk beberapa detik.
“Lis?”
“Oh, ya ya..” Aku terima amplop itu. Dan setelah aku baca, di amplop itu tertulis..
“Ify’s Birthday Party?” Pekik Ozy “Sabtu besok?”
“Yeah..”  Kata Obiet.
“Kok aku nggak tau! Tunggu, mungkin aku nggak merhatiin Ify waktu ngomong itu _o_” Dek Yo ngoceh dhewe -,-.
“Ta-tapi.. kok Tata nggak dapet?” Tanya Dek Yo.
“Sorry, Ta.. aku juga nggak tahu, Ify Cuma bilang buat Ozy dan Lisa. Kalo’ soal Rio, dia bakal bilang sendiri. Tapi dia nggak bilang apa-apa buat Tata” Kata Obiet. Ada nada nggak enaknya ama Tata.
Tata ngerutin kening. Keliatan nggak terima sepertinya.
“Baiklah,  aku sudah menjalankan amanatku, dateng ya. Lisa..” Kata Obiet trus pergi.
Aku mangap.
“Apa banget sih Obiet itu! Kenape Cuma Al yang dibilangin gitu!”
“Kenape, Zy? Jeles? Ambil sono, Obiet.. gak butuh gue” Kataku sambil ngelempar tuh undangan ke kolong meja.
“Bukan gitu, Al..” Kata Ozy “T-tapi. Hei, Ta.. kamu nggak apa kan?”
“Ha? Nggak apa-apa lah..” Jawab Tata.
“Kamu kan, nggak diundang, nggak apa?” Tanya Rio.
“Ya, nggak apa lah.. toh aku kalo’ diundang belum tentu bakal mau dateng! Lagian, trus aku bisa apa? Aku harus ngemis-ngemis biar diundang ke pestanya nona Ify.. Hhh, nggak diundang nggak patek’en...” Oceh Tata. Ozy-Rio cengo’.
Nada bicara Tata emang keras, menunjukkan kalau dia sebenernya agak nggak terima. Emosi. Bukan tipe pembohong yang baik.
“So, well. Lupakan pesta ini dan mari ke kantin! Bang Ozy Archuleta sudah lapar!!” Kata Ozy mengalihkan pembicaraan.
“Ayo! Ayo! “ Sahut Rio setuju.
Ozy narik tanganku. Rio ndorong pundak Tata.
“Kenapa gue harus dateng ke pesta nggak penting kaya’ gini, hah?” Teriak seorang cowok yang nggak sengaja aku denger. Aku lirik sebentar sebelum keluar dari ambang pintu. Cowok bernama Alvin, the chinesse one. Gak penting!
(O= Emang ada gitu, cowok yang penting buat, Al?) (L= Ada, lah..) (O= Siapa?) (L= Pak Holmes laah.. moso’ Pak Wid) (TOR= -_____-“)
-Gambar Teh Pocong dan Mi Beteng-
Duduk di kursi kantin.
Online.
Yeah.. kita liat ada apa gerangan? Notification Cuma dua.. -_-“ garing amat nih Fb, tunggu! Mr. Jaded comment statusku yang udah lama banget! Aduhaai.. masa’ dia menelusuri profilku sampe’ bawah.
            Adhe Lisa Kurnianingsih
            She’s just so beautiful.. I’m just an average girl.. -_-“
            1 comment:
            ­Eisuke O Hondo
            Wah, Ms. Selfish udah bisa cemburu2an :D
Waa!! Apa sih ini, Mr. Jaded!? Malu banget saya!! .//.  (R= Apa itu Mr. Jaded? o.oa). FYI: Mr. Jaded itu temen saya di FB. Orangnya rada’ aneh. Nggak mau nyebutin identitasnya. Nama aslinya gitu kek. Padahal dia orangnya baik banget. Cowok pertama yang bisa saya ajak ngobrol, selain Dek Yo of course. Dia juga sering kasih motivasi-motivasi pas aku lagi down. Saya rasa dia orang baik. Baiiiiiikk banget. Selalu bisa bikin aku senyum lagi walaupun aku lagi bad mood atau sedih tingkat dewa. Walaupun baru kenal beberapa bulan, kira-kira pas jaman-jamannya aku masuk SMA gitu deh, tapi dia bisa baca aku. Kerren! (O= Eheermm.. _o_) Apa, Zy? (O= Nggak apa, monggo lanjut aja) Eeee...
“Kak!”
“Ya, saya, bu! Apa bu?!” Yah.. bagus.. latahku kumat -_-.
“Nggak makan?? Hapean ae.. kita bertiga udah pesen bakso lhoo..” Kata Dek Yo menyadarkanku. Trus aku log out FB.
“Biasa Lisa iku.. Fban ae.. eh, aku udah di confirm?” Kata Tata. Dieeeng!!.
“Oh, udah-udah.. Genta Rachmawati, kan?” Tanyaku. Tata bales ngangguk karena mulutnya penuh pentol Cak Mun. “Ya sudah ya.. saya pesen something dulu..”
Baru aja aku berdiri tiba-tiba Ify, Obiet, Angel, satu cowok yang gandeng Angel (kagak tau dah namanya, anak kelas lain kali), Dea sama... Acha?! (Sejak kapan dia gabung Ify?), datengin kita.
“Hai, Yo!” Sapa Ify. Dek Yo Cuma senyum cengo’ soalnya ada tahu yang belum sukses masuk mulutnya.
“Hai, Zy..” Sapa Acha pelan. Tapi aku denger loh.. AKU DENGER LOH. (R= yo, biasa lho, kaak #versi mala).
“Hei, Cha.. ada apa nyariin David Archuleta?” Kata Ozy sambil senyum luebarr. Acha meringis while pipinya muerah. Hoho.. oh iya, aku berdiri nggak jelas disini.
“Emm.. kalian bertiga dateng kan di ulang tahunku?” Tanya Ify. Nah! Sekarang saatnya belain sahabatku. TATA KU!.
“Eee.. kalo’ kamu bilangnya ‘bertiga’ kayaknya aku nggak ikut deh, Fy.. soalnya kita berempat” Kataku-innocent-like always. Ify ganti liat ke aku.
“Sorry, I didn’t catch that..” Katanya.
“Gini lho Fy,” Dek Yo memulai, Tata udah melotot memperingatin tapi Dek Yo tetep nerusin “Kenapa ya, Tata kok nggak dapet undangan juga?” (T= jelas-jelas aku nggak diundang lah..).
“Mm.. Aaa.. Sorry, undangannya abis.. jadi..” Kata Ify menggantung.
“Aku nggak diundang.. gitu kan?” Kata Tata sambil senyum.
“Nah, itu tau.. pinter deh, Tata..” Kata Dea. Baru tau Tata pinter?? Kemane aja lo, hah?!.
“Ooh.. Tata nggak diundang? Berarti aku nggak diundang juga dong, ya?” Kata Dek Yo sambil senyum. Tata kaget (atau terpesona?).
“What?! Diundang doong.. pasti diundang..” Kata Dea hueboh.
“Kalo’ Tata nggak ada disana nanti, aku nggak bakal dateng. Gak bakal” Kata Dek Yo teges. Ha! Let me see, how’s Tata’s respon.. oh, ada kepiting rebus di pipinya, bung,, ngalahin merahnya Acha, bung..
“Ha, adek gue nggak dateng.. so do I..” Kataku.
“Lah? Kalo’ Al nggak dateng aku juga nggak mau dateng ah..” Kata Ozy. Lah? Ngapain ikut-ikut? -,-
“Okay, Okay.. make a deal. Tata boleh dateng, but you, Mario.. you have to come too. Deal??” Kata Ify.
“Deal.” Kata Rio.
Huahaha. Haloo! Haloo! Assalamualaikum! Lama tak berjumpa.. dan sudah berapa lama cerita ini ngadat? :D. Aduuh, mohon maaf saja, kita berdua kan orang sibuk getoh! XD. Hehe, iya sih emang sibuk benjet! Lagi masa-masanya ujian praktek nih! Haha.. #curcol
Hayoo.. siapa yang pesen Alvin? Hahaha, udah aku munculin, yaaa walau Cuma secuil doang! :p.
Hehehe, apakah unsur gj nya masih terlihat? Alhamdulillah.. kami mencoba mempertahankan itu (?).
Well, gimana menurut Anda? Komen doongg pleaseeee.. :p
Segini aja deh, nggak mau ngomong banyak-banyak. Makasih buanget yang udah mau nyempetin baca, bahkan masih mau baca nih cerita (walaupun dengan terpaksa, iya kaan? Hahaha XD), tapi terkadang pemaksaan itu memang perlu (?).
Okelah, sayonaraaa... :D
Masih ada yang mau nunggu part 15?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...