Sabtu, 27 November 2010

Go away! Cat Syndrom! [cerpen]

“Aaaaaaa!!!”


Aku segera berlari kencang. Menjauh dari hewan menggelikan itu. Menjauh dari tawa keras seorang cowok, yang sudah berbulan-bulan ini mewarnai hidupku. Tapi jujur, kali ini tawanya seperti seorang Buto Ijo kegirangan yang abis dapet lotre. Rio. Menyebalkan.


Aku memasuki kelas. Duduk dibangkuku dengan kesal.


“Via kenapa? Kok kusut gitu mukanya?” Tanya Ify. Ya.. dia teman sebangkuku, teman yang juga berbulan-bulan ini mewarnai hidupku, seperti Rio. Tapi belum sempat aku menjawab, suara Rio yang kali ini terdengar menyebalkan itu terdengar lagi.


“Ciee.. Sivia ngambek.. hahaha..” Lihat saja, sekarang dia tertawa kegirangan, disambut tawa Ify, yang sekarang ikut-ikutan. Grrr....


“Ify.. kok malah ikut ngetawain, sih.. awas lu!” aku menopang dagu. Berusaha tidak mempedulikan mereka-teman sekelasku- yang sekarang juga mulai tertawa.


“Haha, iya.. iya.. maaf, lagian kamu tuh, aneh! Via.. mata kamu tuh kaya’ kucing.. tapi malah takut ama kucing.. kucing itu saudaramu, kan?”


Whateverlah, aku gak peduli Ify ngomong apa. Yang pasti aku emang nggak suka liat kucing. Liat bulunya aja, udah bikin bulu kudukku berdiri, dan apa tadi Ify bilang? Mataku mirip kucing? Gila! Gak mungkin mataku se-mengeri-kan itu!


KRIIIIINNGGG....


“Sorry, ya, Vi.. becanda..” Kata Rio sambil jalan melewatiku menuju bangkunya.


“Apa lo!” Dan dia pun tertawa puas untuk yang kesekian kalinya.


***


‘Drrrsshh... srrshh...’
Bagus. Hujan deras sedang berlangsung sekarang. Otomatis aku gak bisa pulang kerumah. Padahal, Ify tadi udah nawarin aku payung, karena dia dengan beruntung dijemput Mamanya. Tapi, kenapa aku tolak ya, tadi? Haa,, Sivia bodoohh!


Sekelilingku ramai dengan anak yang sibuk melepas sepatunya, memakai jas hujan masing-masing, dan lain sebagainya. Sial. Bahkan aku tidak membawa jas hujan ataupun kantong plastik seperti yang lain. Tinggal satu harapan. Menunggu hujan ini reda.


Aku memandang ke arah gerbang sekolah. Ada beberapa siswa yang pulang dengan sepeda motor, ada yang berlarian membiarkan air hujan membasahi seragamnya. Dan ada ‘deg’ dia.


Apa yang kau pikirkan jika kau melihat seorang cowok dengan seragam putih abu-abunya, dilengkapi jaket biru tua dengan rambut acak-acakan plus bonus cipratan air hujan diwajahnya sedang mendekap seekor anak kucing dibawah kantor pos satpam sana? Membuatnya terlihat seperti...


“Bapaknya kucing”


“Hoe?” Aku noleh kekanan. Ke arah sumber suara tadi. Rio. Haa.. dia memang pengganggu. =.=


“Ciee.. Sivia naksir Bapak Kucing nihyee...”


“Hah? Bapak Kucing?” Apa pula, Rio ini? Bapak Kucing?


“Iya.. Bapak Kucing, kamu gak tau? Iel kan dijuluki Bapak Kucing.. dia kan punya kucing banyak banget..” Kata Rio sambil menatap kosong gerbang sekolah yang mulai dihujani rintik gerimis, dengan tangan disaku celananya. Kenapa dia bisa tau kalo’ aku suka Iel?


Aku kembali melihat ke arah Iel. Tampan. Sosoknya terlihat manis dengan kucing digendongannya. Tunggu, kucing? Kenapa aku tidak merinding melihat kucing?.


“Haa.. akhirnya hujannya reda.. mau pulang bareng gak, Vi?”


“Oh, em.. nggak Yo.. ntar aja, kalo’ benar-benar reda”


“Okelah, duluan, Vi..” Katanya lalu berjalan menuju gerbang. “Hei, Sivia.. He’s the great choice to be your doctor ‘cat syndrom’ I’m sure..” Tiba-tiba saja dia berbalik kearahku, dan kembali melangkah keluar dengan senyuman khas dibibirnya.


Apadeh, Rio..
***


“Fy, hari ini lu gak dijemput Mama lu, kan? Jalan bareng ya..”


“Bole-bole..” Yes, seperti biasa.. aku selalu pulang jalan kaki bareng Ify. Sama Rio juga sih.. tapi gak tau kemana tuh Buto Ijo satu -_-


“Ehm, Fy.. tau nggak, kemaren aku ketemu—“ tunggu, tiba-tiba tengkukku merinding.
“Sama siapa, Vi? Kamu kenapa?” Ify terlihat bingung ama reaksi aku yang tiba-tiba megang tengkuk. Ada sesuatu dibelakangku. Dengan ragu aku berbalik kebelakang daan..


“Waaaaaa!!! Shuu.. shuu!! Rio begoo’!!” Aku langsung lari jauh-jauh meninggalkan Ify dan Rio. Well, terang saja perasaanku gak enak. Si-Rio kupret itu lagi megang kucing tepat dibelakangku. -_-


Kulirik kebelakang dengan kesal, kulihat Rio lagi cengengesan, sedangkan Ify lagi ngomel ke Rio, walaupun bibirnya menahan senyum. Haa.. kenapa mereka seneng banget bikin aku kesel! >,<


Tanpa sadar aku memasuki gang sepi. Dan gang ini.. gang buntu!. Dan.. bulu kudukku berdiri. Aku melihat kebawah daan. Ku-ku-kucing! Ada banyak kucing. Dengan keringat dingin mulai mengalir, aku mundur perlahan dan..


“Waaa!!” Aku berlari X(. Ini mimpi buruk!.


‘BRUK’


Well, aku menabrak sesuatu. Atau seseorang?, karena saat aku jatuh, aku langsung menangkap sepasang sepatu. Aku menelusurinya, sampai aku mendapati wajah si-empunya sepatu tadi. And you know who? Dia.


“Kamu?” Tanyanya dengan pandangan heran ke arahku.


“Ha! I-yel?”


“Lho, kamu tau namaku?”


Matilu. Sivia begoo’!, tapi.. hei! Daripada Iel nanya gitu, kenapa dia tidak mengulurkan tangannya untuk aku berdiri? Sudahlah.. aku sadar diri kok. Aku segera berdiri.


“Hehe, itu.. kan ada diseragam mu..” Well, kau pintar Sivia.


“Oh, iya ya..” Dia meraba bet di dada kanannya “Oh, iya.. kamu ngapain disini?”


“Ha? K-kamu sendiri ngapain kesini?” Aku tanya balik.


“Oh, ini.. aku ngurus kucing-kucing disini, aku mau ngasih susu ke mereka” jelasnya. Lalu ia berjalan ke arah kucing-kucing itu, dan menuangkan susu itu ke suatu wadah.


Tanpa sadar aku memperhatikan setiap gerak-geriknya, cara dia mengelus salah satu kucing itu. Cara dia tertawa kecil melihat kucing-kucing itu menjilat susu dengan antusias. Tampan.


“Hei, kamu tadi belum jawab pertanyaanku, kan?” Iel tiba-tiba noleh ke aku. Matilu, Vi.


“Ha? Oh, anu.. tadi aku salah masuk gang, hehe.. aku pergi dulu, ya..” aku segera berbalik sebelum “Bye..” pamitku dengan ragu. Iel membalas dengan lambaian tangan.


Hangat. Pipiku terasa hangat. Tunggu, kenapa aku tidak merasa takut ataupun geli melihat kucing, kalo’ ada Iel disekitarnya. Apa ini? Kenapa jantungku tiba-tiba skipping waktu liat Iel senyum?


Aku sampai diujung gang dan mendapati..


“Ify? Rio?”


“Haaa!!” Keduanya kaget “Hahahaha..” keduanya tertawa tanpa sebab.


“Kalian ngintip, ya?” selidikku.


“Aa, enggak..” Elak Rio.


“Ciee.. Sivia.. jadi Sivia naksir ama  Bapak Kucing.. Emmm..” Ify.. -,-


“Stop it, Ify!” >//<  “Rio! Don’t laughing like that! Eergghh..” >//< “Ah, udah ah.. gue pulang sendiri..”


“Ciee.. Sivia ngambek..” Teriak Rio. Ify dan Rio menyusulku dengan berlari disertai tawa menyebalkan khas mereka. Dasar merekaa!!.
***




“Ooh, ternyata Iel setiap hari kesini.. jadi dia selalu ngurusin tuh kucing-kucing? Peduli banget.. kereenn! Pantes aja dia dijuluki Bapak Kucing”


Well, lagi-lagi aku nggak merinding. Padahal aku sekarang lagi ngintip Iel dari ujung gang. Dia lagi main-main sama  kucing-kucing. Gak tau kenapa, tapi ngeliat Iel kaya’ gitu.. dia jadi keliatan.. menarik.


“Sivia?!”


“Eh-iya Sivia!” Nahlo, latah saya. Aduuh, si Ify ama Rio nih udah ketawa penuh arti. Ketahuan, deh gue.


“Kok Cuma ngintip aja sih, Vi.. samperin dong..” Suruh Ify. Apaan sih.


“Udah, lagian kalo’ mau jadi pacarnya Bapak Kucing, harus jago ngurus kucing, udah sono..” Kata Rio.


Emang iya? Harus bisa ngurus kucing? Orang gue liat kucing aja merinding. Kecuali..


“Udah sono..” Ify ndorong aku masuk gang.


“Eh.. Ify!!” Spontan aku teriak. Iel noleh. Matilu.


“Kamu? Yang kemaren, kan?” Tanya Iel.


“Ha? I-iya..” Aku noleh ke belakang. Yak, bagus. Ify ama Rio udah kabur. -_-


“Hoo, ngapain kesini? Kamu suka kucing juga, ya?”


What? Enggak, aku nggak suka kucing >,<, tapi.. “Nggak terlalu, sih..” Iel ngangguk. “T-tapi.. aku boleh ikutan duduk sini nggak?”


“Boleh.. sini..” Dia nepuk tikar yang daritadi dia gelar. Dengan kikuk, aku duduk disamping Iel.


Iel, keliatan seneng banget. Dia lagi main ama kucing. Kok rada’ aneh, ya? Cowok suka ama kucing. Emmm..


“E, Yel.. kenapa sih, kamu suka banget ama kucing?”


“Ha?” Pandangannya rada’ bingung, tapi matanya seketika berbinar. Dia menceritakan semuanya padaku dengan antusias. Lihat! Wajahnya waktu bercerita. Tampan.


Iel bilang, awal dia suka kucing itu, waktu dia nggak sengaja denger suara batuk. Dikiranya yang batuk orang, tapi disana nggak ada orangnya, yang ada kucing. Dan katanya memang kucing itu yang batuk. Well, aku baru tau kucing bisa batuk?


Karena kasian, Iel sejak itu jadi hobi ngerawat kucing-kucing. Dia jadi suka dan peduli banget sama semua kucing.


“—hehe.. jadi gitu..” Dia mengakhiri ceritanya. Aku terpana. “Kenapa? Aku kaya’ banci, ya.. suka ama kucing?”


“Ha? Enggak.. enggak, kok.. keren tau! Kan jarang orang kaya’ kamu. Menurutku, kamu itu hebat! ^o^d”


“Hoo, thanks. Dan.. kaya’nya Conan suka ama kamu deh?”


“Ha? Conan?”


“Iya, tuh!” Dia menunjuk ke arah pangkuanku. Dengan ragu aku melihat kebawah. Huaa!! Ada kucing coklat lagi seenaknya tidur dipangkuanku.


“I-iel.. please.. ambil kucing ini!!”
“Oh, hahaha...”
***


Beberapa hari berikutnya, aku sering ke gang buntu itu. Mendengarkan cerita dari Iel, tentang kucing-kucing yang pernah ia temui. Menikmati raut wajah Iel yang manis banget kalo’ lagi ngelus kucing.


Tapi.. walau gitu, tetep aja aku gak berani megang kucing.. =,=. Dan satu lagi, sepertinya ada yang benar-benar jatuh cinta ama aku. Liat aja, si-Conan, si kucing coklat suka banget jalan muterin aku. Huh.


“Haha.. kaya’nya bener deh, Conan suka ama kamu, Vi..”


“Ha? Hehe..”


“Coba gendong deh.. pasti dia seneng..”


“Ha? Gendong? Nggak bisa..”


“Kenapa? Kamu takut?” Well, aku gak mungkin ngaku kalo’ aku takut kucing, dong.


“Bukaan, itu, ntar kalo’ dicakar gimana?”


“Nggak bakal.. dia jinak kok.. atau mau aku ajarin?”


“Ha?”


“Gini..” Dengan lembut dia mempraktekan cara gendong kucing. Dia angkat salah satu kucing berwarna putih. Aku cengo’.


Dengan tangan gemetar, aku mencoba menggendongnya, sedikit geli. Sampai dia benar-benar ada digendonganku pun tetap saja geli. Well, agak aneh rasanya. Tapi, waktu kugendong, si-Conan merem-merem gitu. Lu?cu!


“Hei, Sivia..” Panggil Iel.


“Ya?”
“Tau nggak, mata kamu tuh cantik lho.. kaya’ mata kucing..”


‘deg’


Tolong saya melayang. Tolong pipi saya panas. Aku Cuma bisa menunduk. Gabriel tertawa pelan.


***
Diteras rumahku.


Tebak, sejak saat itu aku mulai suka kucing. Bahkan aku beli kucing cowok, satu warnanya coklat dan aku kasih nama ‘Iel’. Aku lagi ngelus-ngelus Iel, dengan mata menerawang, ditemani pandangan cengo’ Ify dan Rio didepanku.


“Yo, itu beneran Sivia?” Tanya Ify, bingung.


“I?ya.. sepertinya dia udah nggak kena ‘Cat Syndrom’..”


“Dan, sepertinya dia jadi gila..”


“He’em.. apakah Bapak Kucing penyebabnya?”


“Hei!” Sela ku. “Kalian tau? Iel, bilang mataku cantik kaya’ kucing..” kataku masih dengan senyum dan mata menerawang.


“Rio! Gawaatt!! Dia bukan Siviaa!” Pekik Ify.


“Hahaha.. no, Ify.. she’s just fallin’ in love..”


Whatever lah, Ify ama Rio mau ngomong apa. Yang penting aku emang suka ama Bapak Kucing, dan berkat dia aku sembuh dari Phobia ama Kucing. X)


“Iya kan, Iel?” tanyaku ceria pada kucing ditanganku.


“Miaaww..”


“Sivia sudah gila...” Gumam Ify dan Rio bareng.
-End-


Hiyaa!! Ini cerpen apaan? Ini cerpen gak masuk akal! Hahaha... XD
Yeah, ini cerpen yang jadi dalam 2 hari.. padahal sebelum bikin ini, aku udah bikin cerpen yang dibuat dari tanggal 24 oktober, tapi sampe sekarang gak jadi-jadi, karena terlalu galau *curcol -,-V*.


Well, ini cerpen gak masuk akal dan GJ banget ya? *jedot-jedotin kepala ke lantai*, yah.. abisnya akhir-akhir ini imajinasi aku lagi gak jelas banget _o_ jadinya gini deh.
Sebenernya aku kurang tau perasaannya Sivia ya.. soalnya aku itu suka banget ama kucing -_- *perasaan gak ada yang nanya* jadi maap kalo’ kurang gimanaa gitu -_-


Dan soal kucing yang batuk itu, Beneran! ^o^V aku pernah ngeliat dengan mata kepala sendiri.. kasian banget!! L




Okelah, sekian ngocehnya.. saya tau ini cerpen satu banyak banget kekurangannya, jadi.. please.. sempatkanlah waktu kalian untuk mengisi kolom komentar dibawah!! Karena kritik kalian adalah penyemangat saya untuk bikin cerpen lagi. Oke? Harus oke!
Kritik dan saran akan saya tampung dengan hati gembira ^o^
Thanks, udah baca..


-Genta-



Jumat, 26 November 2010

LOTR [ part 9]

LG mempersembahkan :
Part 9 : Yes, Dapet!
POV    : Tata
‘SRET’ seseorang ngerebut sebungkus Chitato yang semula aku pegang, dengan semena-mena. Tega! Siapa pelakunya?! “Papa?!” Kaget aku 0.0
“Dibilangin jangan banyak makan chiki! Kamu itu, dibilangin setiap malem harus makan buah kok susah!” Omel Pa to the Pa... (  ‘_’)
“Yah.. yah.. Pa, aku kan jarang-jarang makannya” Aku masih berusaha menggapai Chitato ku, please..
“Hhh, mana Papa tau. Bisa aja kamu disekolah makan beginian, ayo, sekarang makan  buah!” Papa nyodorin sepiring apel.
“Iyaa nanti..” Aku fokus ama Hapeku.
“Iya, gitu itu, Pa.. anakmu! Kalo’ disuruh makan juga susah. Hapeaann.. ae” Mama nyahut.
“Bener kata Mama?” Tanya Papa. Aku menggeleng “Udah, taruh dulu Hapenya.. sekarang makan buah..” Seru Papa lagi.
“Iya.. iya..” aku menutup Hpku setelah ng’twit sesuatu bentar.
TataYaTata: BRB Makan Buah..
-continue-
Aku berjalan menuju gerbang sekolah, dan mendapati Ify lagi bingung nyariin seseorang. Sebenernya aku nggak pengen nyapa sih, tapi.. ah..
“Ha—“
“Hey, Ta! Did you see Mario?” Ya allah.. belom juga selesei nyapa, udah dipotong.
“Enggaakk..” Jawabku sewot.
“Oh- oke.. bye!” Katanya lalu pergi. Huh, nyesel aku tadi ada niatan nyapa dia.. =..=
“Tata~” seseorang menepuk pundakku keras.
“Hola, Ji..” Jawabku. Trus kita jalan bareng ke kelas. Aku lagi dengerin ocehan Oji. Dia bilang kalo’ dia lagi nggambar, tapi belom jadi. Ya, aku udah tau dari TK, kalo’ dia hobi gambar.. tapi sampe’ sekarang aku gak tau tuh.. gimana gambarannya. Walaupun dianudah cerita selama 10 tahun ini. Kan gak mungkin gambarannya masih sama kaya’ dia TK dulu. _o_
“Percuma, Ji.. kalo’ kamu ngomong doang, mana buktinya?”
“Ah, em.. kapan-kapan deh..” Oji mengelak “Eh, ngomong-ngomong si Al ama Rio mana, ya?”
“Apa?” seseorang berbicara dari belakangku. Aku noleh dan ‘deg’ ya allah, kaget aku. Ternyata daritadi Lisa dibelakangku, sama.. seseorang berjaket biru cerah, motif Doraemon? Dengan tudung jaket menutupi kepalanya.
Ya, ampun Al?! Ih, aku kaget beud..” Kata Oji ualay (‘ , ’  )
“Itu siapa Lis?” Tanyaku nunjuk orang yang ada disebelah Lisa.
“Orang gila.. udah cepetan  jalan!” jawabnya.
Woiya.. aku langsung jalan lagi. Orang disebelah Lisa tadi tetep diem aja, menunduk. Jangan bilang kalo’ itu Rio? Yeah.. aku yakin kaya’nya dia lagi nyamar.
Aku duduk dibangkuku, orang berjaket adi duduk disebelahku, membuka topi jaketnya dan “Kyaaa...” tiba-tiba cewek-cewek histeris. Aku,Oji,Lisa melotot kaget.
“Oh, My Mario! You look so gorgeus!” Puji Dea.
“Stop-stop-stop..” Ify masuk gerombolan “Oh, god.. Mario? What happen with your jacket?” Ify, terbelalak heran, sementara Rio merhatiin jaketnya.
“Ada yang salah?” tanyanya datar.
“Aku bisa kasih kamu jaket yang jauh lebih keren..” Kata Ify ng’sok banget sumpah -_-
“Gak usah sok, deh.. Aku gak butuh!” kata Rio “Kenapa? Kaget? Udah bubar kalian!”
Cewek-cewek itu pada diem.
“Ih, Mario kalo’ judes gitu tampangnya keren yah.. Aaaa!!” Teriak cewek-cewek yang lain barengan. Ish, apadeh mereka.. alay banget sih! Hii. Keliatannya Rio makin risih, kasian aku.. dan Ify? Dia diem aja, kaya’nya dia agak tersinggung ama yang kata-katanya Rio tadi.
‘TET-TET-TET’ bel istirahat udah bunyi.
“Cepet, Yo! Ruun” Bisikku. Rio ngangguk trus dia lari kenceng.
“Heeii.. Mario kabur!” Seru Shilla, seketika cewek-cewek pada ngejar.
“Damn, dia kabur duluan..” Kata Ify
“Aku kasian ama adekmu Al..” Aku noleh ke Lisa
“Eciee.. Kitipriew..” Goda Oji.
“Jii.. Rrraaawwr..”
“Ya, mau gimana lagi..” Lisa angkat bahu.
“Yaudah.. sekarang kita ke kantin aja yuk, sekalian bawain makanan buat Rio” Usul Oji
“Oke!” (R= Makasih kawan-kawan.. X,) )
@Rumah Pohon
“Haa.. akhirnya datang..” Seru Rio menyambut.
“Nih.. minum, capek kan?” Aku ngasih sebotol air dingin. “Thanks..” Kata Rio.
“Wohok.. ohok.. khem-hem.. aduh tenggorokanku kok gatel ya..” Celetuk Oji.
“Apadeh, Ozy..” Al ketawa pelan
“Apadeh Al..”
“Kok kamu jadi ngikutin aku?”
“Gak papa.. kan seru..”
“seru jare..” =.=
“Emm, Yo.. emangnya kamu nggak capek, lari-larian terus gini?” Tanyaku.
“Ya, capeklah, Ta.. trus mau gimana lagi?” jawabnya
“Gimana kalo’ kamu bikin perjanjian ama mereka..” Usul Oji.
“Maksudnya, Ji?” Tanya Al.
“Yaa.. gini, Rio bilang ke semua RISE biar gak ganggu kehidupannya Rio. Maksudnya, ya.. kan ngefans gak harus dikejar-kejar kan? Kasian Rionya..”
“Hmm.. bole-bole..” Tanggap Lisa
“Emang bisa? Harus aku yang ngomong?” Tanya Rio.
“Ify!” Sahutku, semua noleh ke aku “Iya.. Ify, liat aja.. semua RISE tuh nurut ama Ify, jadi kita minta kerja sama dia aja, gimana?”
“Harus Ify?” Tanya Rio.
“Kaya’nya bener deh kata Tata. Kita minta bantuan Ify..” Sahut Oji.
“Oh, please.. aku nggak suka ama anak itu..” Keluh Lisa.
“Toss!” Aku mencoba ng’toss ama Lisa, Hei dia menanggapinya. “Toss..” Oji juga “Toss..” Rio juga. Wee.. kita berempat saling toss. Kereenn.. XD
-Pulang Sekolah-
Rio dan Al udah mau keluar kelas, tapi mereka masih nunggu aku ama Oji. Akhir-akhir ini kita sering bersama. Bahagianya.
“Kalian keluar aja duluan, maksudnya nunggu diluar, ada yang mau aku omongin ama Tata” Kata Oji.
“O-oke, ayo  Kak!” Kata Rio sambil merangkul pundak al, menggiringnya keluar kelas.
“Apaan, Ji?”
“Ane tersiksa, Ta..” Kata Oji sok serius. Atau emang serius. Kaya’nya sih serius. Oiya, dia serius. (R= lak mbulet ae)
“Oke, jadi pada intinya aku harus?”
“Ah, Tata.. to the point banget..”
“Wes ta lah.. cepet”
“Aku minta tolong, mintain nomer Hape nya Al, atau.. Rio lah paling nggak, yaya?”
“Hah? Gimana caranya? Gak bisa..”
“Ayolah, Ta.. soalnya ane nanti nggak bisa kerumahmu.. ane harus nyelesain lukisan ane..”
“Gak janji ya, Ji..”
“Okedeh, Tata Cantik..”
“Berhenti memfitnah! Sakit, Ji.. sakitt..”
“Haha, wopoae.. ayo mulih..”
Aku ama Oji keluar kelas. Al ama Rio udah nunggu diluar kelas. Kami nerjalan beriringan, membicarakan macam-macam. Mulai dari mengomentari guru yang sama-sama tidak kami sukai de el el lah.
Didepan gerbang, kita bertiga berpisah ama Oji, Bye, Ji..
“TiTi DiJe, Ji!!” Oji berlalu dengan sepeda motornya. Al ama Rio nunggu jemputan, aku juga. Enaknya,, aku minta nomer telpon ke siapa, ya? Lisa atau Rio. Rio terlihat lebih ramah sih, tapi enak nanya ke anak cewek, tapi.. (O= lak bingung dhewe)
Oke, aku bonda-bandi aja. Rio-Lisa-Rio-Lisa-Rio-Lisa-Rio-Lisa-Rio-Lisa. Yak, Lisa.
“Kamu ngitung apaan, Ta? Serius banget..” Rfio?! Kaget aku.
“Ha! Oh, bukan.. bukan apa-apa, haha..” kaget saya “Emm, Yo..”
“Iya, Ta?”
“Emm.. anu, err.. kamu, tau Lisa kan?”
“Hah? Yaiyalah.. dia kakakku, gimana to?”
“Trus kemana dia?” aduh, kenapa harus tanya Al, ya? Kan ada Rio.. kenapa nggak tanya Rio aja.
“Tuh, beli siomay, kenapa?”
“Nggak, hehe..” Haduh, bingung aku “Emm.. Yo”
“Ya?”
“Kamu.. yang waktu itu, emm bukan.. aku boleh minta, ah bukan, kamu punya Hape kan?” Tata! Kenapa kamu malah tanya itu? Ya, ampuun! -_-
“Oh, em.. punya, kenapa? Tapi jangan bilang-bilang Ify kalo’ aku punya Hape! Oke?”
“Oh, oke.. baguslah kalo’ kamu punya Hape..” Nahlo, Ta.. ayo nanya.. nanya.. “Rio! B-boleh bagi nomer Hape, gak?” Akhirnya.. fyuuh, panas banget hari ini, aku ngelap keringet pake tangan.
“Boleh, mana Hape mu? Biar kuketik sendiri..” Oh, dengan senang hati, Rio.
“Oh, ini..” Aaa.. trus dia mencet-mencet beberapa nomer gitu, trus ditelpon. Ditelpon? “Kok ditelpon?”
“Biar aku tau nomer mu juga, boleh kan?, tapi Hape ku dirumah” Oh, ya Allah, ya, pasti boleh, la.. tanpa izin pun, aku pasti mengizinkan.
“Dek! Ayo!!” teriak Al, dari dalem mobil yang baru berhenti didepanku, sudah dijemput rupanya.
“Oh, aku duluan ya, Ta! Atau.. mau bareng?”
“Nggak usah, thanks ya.. ati-ati..” Aku melambai kepada mereka berdua. Asiikk! Aku dapet nomernya Rio. Simpeen.. ‘Rio =DD’
Yes! Dapet nomernya Rio, yeess. Aku udah loncat-loncat nih, muterin kamar saking senengnya. Etapi, tunggu. Perasaan tadi Oji, kan mintanya nomernya Al, ya?, woiya.. itu dibuat alasan sms Rio aja! Cihuuy.. ayo, sms-sms.. ^o^
To: Rio =DD
Hey, Rio.. disini Tata..
Sambil nunggu balesan, kaya’nya aku harus turun kebawah deh, buat makan. Laper.
Dibawah, Mama udah nyiapin makan siang sayur asem, ikan pindang dan sambel. Oola.. mari kita makaann.. *tumben panganane normal*
“Tumben, langsung makan, biasanya aja.. nunggu diteriakin, baru makan..” Kata Mama.
“Alhamdulillah, lagi seneng soalnya, Ma..”
“Eh? Seneng kenapa?”
“Emm.. apa, yah.. gak tau, pokoknya seneng aja..”
“Okedeh..” Jawab Mama pasrah.
Tepat selesai aku makan, Rio bales sms ku.. ‘Treleling’ buka, yok bukaa..
            From: Rio =DD
          Hey, Ta.. ada apa nih?
To: Rio =DD
Ak, minta no telpx Al, dong..
          From: Rio =DD
          Boleh, ini.. 085xxxxxxxxx (L= Disensor!!)
Yes, dapet! Yuhuu.. Bang Oji! Aku mendapatkannya.
To: Rio =DD
Domo Arigatoo, Mario!!
          From: Rio =DD
          Your welcome.. ^^
Ah, udah nih? Selesai nih smsnya? Ah, lagi.. lagi.. tapi topiknya apa ya? Hmm..
“Ta! Abis makan ditaruh belakan piringnya!” Seru Mama. “Woiya, Ma..” sampe’ lupa belom naruh kebelakang piringku. Oke, sudah.. sekarang kasih kabar Bang Oji dulu deh.
To: Oji n.n
Bang Oji!! Aku mendapatkannya.. nomernya Al, here.. 085xxxxxxxxx, traktir Chitato ya, Ji! :p
          From: Oji n.n
          Oh my.. Tataa.. thaNkz sanadtH yaCh.. Aww *sorry alay kumat, lg sneng*
Haha, Oji.. Oji.. oke, sekarang Rio. Aku belom nemuin topik yang tepat. Apaan, ya?. Aku naik ke atas. Ke kamarku. Trus duduk nyandar kasur.
‘Treleling’ Hey, ada sms.
            From: Rio =DD
          Emm, Ta.. ada PR apa aja?
Hey, dia sms duluan. Haaa..
To : Rio =DD
Mat, Biologi ama Ekonomi, sih.. setauku..
          From: Rio =DD
          Waa, banyak! Thanks ya, ak mau ngerjain PR dulu, Daa.. ^^
Yaah, udah.. selesai. Yasudahlah.. dia kan anak pinter, jadi langsung ngerjain PR. Mending aku juga ikutan ngerjain PR, deh.
-end-
Didepan gerbang sekolah, aku menangkap sosok Oji, aku melambai padanya. Dia menghampiriku.
“Ta! Kita harus cari Ify, buat perjanjian itu! Rio ama Al udah nunggu didepan ruang  musik, yok kesana..” belom sempet jawab, Oji udah narik tanganku. Like usual. Dasar Ojii!!
-end-
Haaaa........... *gulung-gulung dipadang datar* >,<
Maaf!! Ini geje, sekali.. =.=a
Tapi melihat adegan terakhir katanya Oji ngajak aku ke ruang musik buat nyari Ify.. well, apa kita akan menemukan Ify? Dan perjanjian? Perjanjiannya gimana? Haha.. gatau deh.. _o_
Okelah.. begini adanya, kami hanya bisa menyajikan seperti ini.. yang kami butuhkan adalah komentar, saran dan kritik kalian! :D, biar aku semangat buat ngetik, dan aku ama Lisa, semangat buat ngelanjutin! Oke? Okedong.. anggap aja Oke..
Ada yang mau nunggu part 10? Yang merupakan bab terakhir dari buku aslinya.. XD
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...