Rabu, 06 Juni 2012

Three Points [Part 1]

Aku memantul-mantulkan bola ditanganku beberapa kali kearah lantai. Suara dentumannya selalu membuat detak jantungku berdetak agak lebih cepat. Seolah beradu. Tapi aku selalu menikmati saat-saat seperti ini. Karena aku akan selalu menutup mataku, dan membiarkan pantulan suaranya menarik ujung-ujung bibirku membentuk sebuah lengkungan, dengan caranya yang magis.

Lalu, aku membuka mata. Dan menembak.

"prokprokprokprok.."

Suara tepuk tangan itu berhasil membuatku berpaling.

Dan ya, dia disana. Tersenyum manis, ceria memuja-muja hasil tembakanku barusan.

"Keren maksimal kamu Ta! Kamu tahu kan aku selalu bilang kayak ada aura yang berbeda setiap aku ngeliat kamu ngshoot bola, kayak.. nggh apa ya sesuatu yang berkarisma, asik, keren. Ahahaha, by the way ngapain sih latian sendirian? rajin amat.."

Aku tertawa, "hahaha, nggak apa.. lagi pengen aja" aku beranjak mengambil bolaku tadi yang menggelinding diujung sana.

Nama gadis itu Amanda. Teman sekelas yang baru benar-benar aku kenal semenjak dia secara tiba-tiba ingin duduk disampingku karena ia sedang terlibat masalah aneh dengan teman sebangkunya yang sebelumnya. Aku tidak keberatan karena memang bangku disebelahku jarang yang mengisi. Toh, ia duduk sebangku denganku sampai sekarang, sampai kita naik kelas. Entah memang karena jodoh atau apa aku juga tidak begitu mengerti.

Aku memiringkan kepalaku, sambil memantulkan bolaku dari bawah ring. Memperhatikan Amanda dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Titaa ayo pulang, kamu masih mau latihan lagi? sampe jam berapaa?"

"Lagi males pulang, D-daa.."

Telingaku menangkap suara langkah kaki itu. Bukan, ini bukan suara sepatu kets yang beradu dengan lantai gor. Ini suara sepatu pantofel. Dan..

'dum dum dum'

Bolaku terlepas. Aku terkesiap, mataku mengedip-ngedip lambat seperti orang tolol melihat dia sudah berada didalam sini. Disusul salah satu temannya, dan temannya yang lain. Entah kenapa aku malah terdiam kikuk, lantas menggaruk-garuk telinga dengan ekspresi aneh.

"Ehhermm hemm hemm.. uhuk-uhuk, pantesan nggak mau pulang, orang ada Ar...."

"Amanda" aku menanggapinya datar, salah satu caraku untuk menutup mulutnya walau... kau tahu mendadak  jantungku berdetak lebih cepat, "Yaudah ayo kita pulang, udah sore.." Aku beranjak pergi memungut bolaku yang terlepas tadi serta membereskan tas dan handukku.




Amanda berlari menghampiriku lalu menggoda bahagia, "Lhoo kenapa pulang? Nggak apa banget kok, kalau mau liat anak paski latihan dulu.. pulangnya sorean aja nggak apa, Ta.."

"Ngapain lihat mereka latian, nggak menarik.."

"Beneran nggak menarik? Kalo Ardi? Ahahahahaha.."

Aku berdiri, menghela nafas ke arahnya, "Nggaak, dia nggak menarik. Yok.." Aku pergi meninggalkannya lalu keluar melalui pintu Barat. Amanda menyusulku dengan godaannya yang semakin menjadi-jadi. Aku sendiri hanya membiarkannya walau sesekali tak kuat  juga untuk tidak tersenyum mendengar segala godaannya.

Asal kau tahu godaan itu sudah dia lontarkan dari jaman kapan, dan dia masih saja suka menggodaku setiap... uhuk, Ardi ada tak jauh dari kami. Semuanya berawal ketika Amanda memaksaku untuk menonton salah satu perlombaan paskibra yang diikuti kelompok paskibra sekolahku, sebenarnya aku tidak terlalu suka, tapi tidak tega saja melihat Amanda harus menonton sendirian. Dan, ya.. ketika itu aku melihat salah satu lelaki di barisan pleton paskibra sekolahku yang... yaa ya, agak menarik perhatian. Jadi aku coba bertanya pada Amanda, mungkin saja dia tahu namanya. Eh, bukan nama yang aku dapatkan dia malah bersorak lantas menduga aku naksir si lelaki itu.

Hellow -_-

Sejak saat itu aku menyerah dan hanya bisa diam setiap dia menggodaku habis-habisan. Semakin lama info demi info tentang lelaki itu dia dapatkan dan dia laporkan kepadaku, padahal aku sama sekali tidak pernah menyuruhnya. Aku juga tidak terlalu berminat tentang lelaki itu. Amanda yang membesar-besarkan segalanya. Hah.

Jadi, nama lelaki itu Ardian Huda. Anggota Paskibra.

Sudah begitu saja.

***

"Tita, Tita.. masa kamu nggak percaya sih? Ardi itu udah mulai notice ke eluu.. yang barusan itu senyuman ke-3 yang dia lontarin ke kamu lho!! kyaaaa cieeh Titaaa.."

Aku bohong jika tidak tersenyum. Tapi aku tidak semudah itu termakan situasi. Setelah duduk diatas kursi kantin, aku membuka suara, "Dia itu senyumnya ke kita, bukan ke aku doang.."

Ia menepuk tangannya satu kali lantas berdecak menyesali tanggapanku, "Bukan ke kitaa, tapi ke kamu. Mungkin dia memang mulai ngerasa Tit. Yaiyalah, bego banget kalau nggak ngerasa, kamu kan secara tidak langsung selalu nemenin dia latian gitu.. hahaha.."

"Itu kan elu yang maksa.."

"Kan buat kamu.. biar kamu seneng.. hahaha. Sudahlah Tit, nggak usah jaim.. kalau suka, suka aja.. mumpung dia sudah mulai respond tuh.."

Suka? Memangnya aku suka ya?

"Pikirkan saran saya tadi baik-baik ya, gak usah jaim. Sekarang aku mau pesenin makanan dulu, yang biasanya kan, Tit?"

Aku memperhatikannya, lalu mengangguk pelan.

Mendadak, aku kepikiran dengan apa yang dikatakan Amanda. Suka?, masa iya aku suka sama.. uhuk Ardi. Memangnya suka itu seperti apa? Apakah rasanya sama dengan seperti aku mencintai basket? Kalau memang begitu.. rasanya aku jauh lebih memilih basket deh dibanding dia.

Tapi, memang ada yang aneh. Ada yang aneh denganku beberapa bulan ini. Entah kenapa setiap jalan mataku diam-diam mencari... err, sosok dia. You know what? Rasanya dalam satu hari aku harus melihatnya. Walau dari jauh pun. Itu aneh sekali untuk orang sepertiku. Sama sekali bukan aku yang biasanya. Yang anehnya lagi, aku seperti punya radar-radar yang dapat membuatku tahu kalau dia sedang berada tak jauh dariku, dan itu hampir sering terjadi. Lalu, kebiasaan deg-degan yang sudah aku rasakan sejak pertama kali ketemu dia semakin menjadi-jadi saja.

Dan yang paling aneh lagi. 

Aku selalu merasa bahagia setiap melihat dia tersenyum, atau tertawa beserta dengan lesung pipinya yang... hah, aku tidak menyangka harus mengucapkan kalimat sewanita ini. uhuk, menawan.

Ah, tapi memangnya aku siapa. Lalu kalau suka memangnya aku harus bagaimana. Dia harus suka juga, begitu? Snow on the Sahara sekali. Tidak mungkin.

"Makanan dataaaaaaaanggg..." Amanda datang dengan baki berisi dua mie ayam dan dua es teh manis. dia menaruh salah satunya di depanku. Dan aku hanya terbengong-bengong saja, menopang dagu memperhatikan Amanda yang sedang berusaha meniup mie ayamnya yang masih panas. Dalam keadaan seperti itu saja dia masih terlihat manis. Aku menyeka keringat didahiku lalu menyeruput es tehnya lantas bergumam berpikir, kalau aku mendadak berubah seperti Amanda rasanya baru mungkin kalau Ardi akan suka padaku.


***

'Tap Tap Tap'

Aku berdiri dibawah pohon sambil menyilangkan kedua tanganku. Memperhatikan orang-orang disana latihan baris berbaris. Emm, orang-orang? Benarkah orang-orang yang aku perhatikan? Sepertinya hanya Ardi saja ya. Iya, dia disana dengan badan kurus dan kaki panjangnya, berjalan hap-hap-hap seperti itu. Dia nampak rapi, tegas, gagah.

Haha, jangan salah, aku berkata seperti itu karena dalam sejarah hidupku rata-rata jenis lelaki yang kulihat adalah lelaki berbadan besar agak berotot yang akan berlari-lari mengejar, merebut atau menembakkan bola di lapangan. Dan paskibra.. jujur baru aku perhatikan sejak aku melihat Ardi pertama kali. Dan rasanya.. asik juga.

Aku menaruh ransel dan bolaku dibawah sebelum aku menyusul ikut duduk disampingnya. Hari ini Amanda tidak ada, makanya aku bisa dengan tentram memperhatikan Ardi. Aku sendiri tidak ingat kenapa bisa aku jadi nampak benar-benar tertarik padanya. Tapi jangan salah lho ya, aku ke sekolah di hari libur seperti ini bukan semata-mata hanya untuk melihat Ardi saja, tapi karena aku ada latihan basket.

Ngomong-ngomong, tadi soal Amanda... kalau diperhatikan ada yang aneh dengannya. Dia sudah jarang menggodaiku. Dan anehnya aku kehilangan itu. Haha bodoh sekali..

Aku melirik jam tanganku, ah sudah saatnya latihan. Jadi aku beranjak. Tentu saja sambil sesekali melihat si paski itu, rupanya mereka sedang beristirahat. Aku tersenyum simpul karena tidak mendapati Ardi dimanapun. Aku menaikkan kedua pundakku, sudahlah.. lupakan dia. Latihan.. latihaan.

"Hei! Kau menjatuhkan barangmu.."

Langkahku melambat, ragu apakah aku yang baru saja dipanggil oleh suara yang tampak tidak asing itu. Tapi toh, aku tetap saja melangkah sampai seseorang menepuk pundakku.

Jantungku melompat.

Aku berbalik dan, kau mungkin tak percaya tapi dia Ardi. Yang baru saja menepuk pundakku.

"Punyamu jatuh, sepertinya kau tidak menutup tasmu dengan benar.."

Dengan wajah bodoh aku melihati barang yang disodorkannya kearahku.

Itu... deker. Iya itu deker yang biasa aku gunakan bila kakiku cedera. Lalu astaga Tita bodoh cepat ambil!!

"O-oh, i-iya.. terima kasih.." Aku mengambil dekerku dan haa benar saja, tas yang kugantung sebelah pundak ini memang terbuka.

"Kamu yang kemarin tanding basket itu kan ya?"

"I..ya?. Hehehe"

"Waah, lusa tanding lagi kan ya? Semangat ya, bawa nama sekolah kita jadi pemenang! Sekarang mau latihan?"

"Amiin, T-thanks. Iya mau latihan.."

"Ooh gitu. Okedeh selamat latihan.." Dia melemparkan senyum beserta lesung pipinya yang membuatku diam lantas mengangguk seperti orang bodoh.

"Oh ya, tumben nggak bareng Amanda?"

"O-oh iya, dia nggak ada ekskul setiap sabtu.."

Dia mengangguk-angguk lalu melambai dan berbalik pergi.

Aku. memantul-mantulkan bolaku. lalu berjalan, lalu berlari. lalu berkomat-kamit. Bukan. Ini bukan mimpi. Ya Tuhan ini bukan mimpi. Bukan. Ini bukan mimpi.

Aku tiba didalam gor dengan wajah super bahagia seperti orang yang ketiban sekoper uang satu milyar.

"Weee, selamat siang semuaaa ayo latihan latihan latihaaaan!!"

Rasanya aku mau meledak. Rasanya aku bisa memasukkan semua bola kedalam ring dari jarak manapun. Hahahahahaha.

Tunggu. Kenapa aku menjadi berlebihan seperti ini?



____________________________________________________

tobecontinue -_-v
yeah! setelah sekian lama akhirnya saya bikin beginian lagi ahaahaha XD 
sebenernya ini cerpen, tapi nggak tau kenapa aku pengen bikin ini jadi dua bagian -_-a
gaje. dan garing. 

terimakasihbuatyangkebetulan baca :P

4 komentar:

  1. emmmmm tiba2 bayangin 'cool'nya tita ^^,
    emmmmm ayo ditunggu lanjutannya cah XD

    BalasHapus
  2. it's been a long time since your last time to 'use' your talent

    BalasHapus
  3. @andre: hahaha, terima kasih atas perhatiannya XP (?)

    BalasHapus
  4. Asyiiik dia bikin lagi!! >o<
    Aku selalu suka yang basket basket jadi.. er, plis lanjutkan sensei *bungkuk2* (?)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...