Jumat, 28 Juni 2013

Lemon Tea [cerpen]

Aku meletakkan segelas lemon tea dingin yang baru saja aku minum. Lalu mengamati bulir-bulir airnya yang turun satu persatu di dinding gelas. Mendapati senyumku sendiri dari pantulan gelas walau sebenarnya tidak begitu jelas juga. Tapi toh aku beralih meraih pulpen yang tadi sudah kusiapkan dan mulai menulis lagi di noteku. Menuliskan segala hal yang ada di pikiran, segala hal yang ingin disampaikan tapi tidak pernah bisa.


Hahaha.

Hari ini aku minum Lemon Tea lagi. Dan aku jadi inget kamu (lagi). Alasannya sudah kuberitahu di surat-surat sebelumnya kan jadi aku tidak perlu menuliskannya lagi, hahaha. Kidding :p

Lalu berhenti, memandangi bulir-bulir air lain yang bersiap meluncur juga di dinding gelas, mendadak tersenyum. Masam.

Semalam aku menuntaskan kebiasaan baruku untuk membaca ulang chat-chat kita mulai dari awal kamu chat aku duluan, sampai terakhir kita chat di BBM. Ternyata sudah… tunggu, sekitar 1 tahun, 3 bulan, 11 hari sejak terakhir kita chat-chat-an.

Kamu apa kabar?


Dan berhenti disitu.

“Mbak, ini pancakenya. Jadi pesanannya sudah lengkap ya..”

Tersentak oleh suara pelayan aku segera mengangguk dan tersenyum sekenanya. Baru sadar bahwa aku telah menciptakan titik yang terlalu tebal untuk sebuah tanda tanya. Dasar tukang bengong!

‘Eh?’

Hahaha. Hahaha. Ah! Aku ingat, dulu dia yang sering mengataiku tukang bengong. Padahal tidak juga lho. Maksudku, kita kan tidak pernah berinteraksi secara langsung selama tiga tahun kenal dan berkomunikasi, jadi kan tidak seharusnya dia mengataiku suka bengong padahal bertemu langsung pun hanya sebatas anggukan dan senyum simpul. Iya, dia bilang saat kita chat, aku notificationnya sering menunjukkan ‘is writing a message’ dalam waktu yang lama, walau pada akhirnya balasan chat dariku hanya dua atau tiga kata.

Dia yakinnya aku bengong.

Padahal…mungkin iya juga sih.

Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal lalu menopang dagu. Melihat es batu yang sudah mencair dan saat ini berada di atas permukaan lemon teanya.

Ha, betapa dingin yang terlalu lama dibiarkan akan membuat rasanya lebih hambar.

Tapi mungkin tidak juga kok.

Aku aduk lagi lemon teaku lalu meminumnya. Masih ada rasa manis…dan juga asam di balik semua kedinginan ini.

Sial. Aku tersenyum agak mengejek. Mengejek diri sendiri maksudnya.

Aku kangen kamu.

Lagipula kenapa sih mendadak jadi seperti ini? Tidak bisakah kita kembali seperti dulu? Aku kangen curhat-curhatan ke kamu, mulai dari sekedar bahas guru killer kala itu, temen sebangku yang bawel, nilai ulangan, tugas, gossip terbaru dari Pak Agung, sampai masalah gebetan. Aku bahkan kangen dengerin cerita kamu soal Mentari.

Eh, gimana kamu sama dia? Baik-baik kan ya?

Aku manyun sebentar sebelum akhirnya menambahkan kata ‘semoga’ di sebelahnya.

‘semoga tidak, maksudnya, hahaha!’ Aku memukuli kepalaku sendiri sambil tersenyum menyedihkan.

Akhirnya aku geser noteku menjauh sebelum tulisannya semakin meracau aneh. Aku makan pancakeku sambil terus berpikir.

Kok bisa ya aku nanya begitu sedangkan penyebab putusnya komunikasiku dengan dia adalah masalah sensitif ini. Si Mentari-Mentari ini.

Kalau dirasa-rasakan, memang sebenarnya aku lebih ingin dia kembali ada hadir dalam hidupku melalui lampu led merah dalam ponselku saja daripada mendambakan kehadirannya yang secara tiba-tiba mengabarkan kesendiriannya dan memintaku untuk terus mendampinginya selamanya.

Ya iyalah! Karena itu. Konyol. Sekali.

Karena memang mau gimana pun juga, mau kita akhirnya bisa kembali seperti dulu lagi, aku sama dia nggak akan pernah bisa jadi sesuatu yang lebih dari temen curhat. Seperti kata Fitri Tropika, sekali lo jadi tempat curhatnya cowok, seterusnya akan begitu.

Aku jadi penasaran, gimana ya kalau waktu itu aku nggak pengen pasang display picture Robert Downey Jr saat memerankan Sherlock Holmes. Mungkin dia tidak akan mendadak ngchat aku lalu curhat-curhat sendiri, mungkin tidak akan cerita tukar informasi tentang Sherlock Holmes setiap malam sejak itu, mungkin cerita-cerita itu nggak akan berkembang menjadi cerita lain, mungkin aku nggak akan punya tempat nyaman untuk saling curhat gebetan masing-masing. Mungkin aku nggak akan meninggalkan gebetanku dulu, karena mungkin aku nggak akan tiba-tiba jatuh cinta sama dia seperti sekarang. Nggak bakal ada rasa cemburu sama dia. Nggak ada pertengkaran yang sebenarnya sepele. Nggak ada kangen yang terlalu sesak untuk dia. Nggak ada galau yang selalu menyelip di menit-menit terakhir sebelum tidur. Nggak ada bengong-bengong konyol setiap liat lemon tea.

Nggak bakal kenal dia.

Dan..

Nggak ada surat-surat geje dari aku yang nggak pernah sampe ke tujuannya.

Betapa rasa nyaman bisa menimbulkan sayang, lalu cinta?

Hahaha, terlalu berlebihan sebenarnya jika kenyamanan yang aku bilang tadi nyatanya hanya aku rasakan melalui perbincangan tidak langsung. Maya. Aku juga dulu menyangkalnya berulang kali bahwa ini hanyalah perasaan seorang sahabat.

Tapi apa aku yakin?

Nyatanya tidak.

Rasa ini terlalu masam, membuat meringis geli, tapi juga senyuman. Manis.

Aku melahap potongan terakhir pancakeku. Lalu menarik notesku kembali. Omong-omong jika surat-suratku sebelumnya hanya berisi curhatan hidupku kala itu, entah kenapa kali ini aku ingin menyampaikan sesuatu yang sepertinya sudah tidak layak untuk dipendam lagi.

Apa tidak apa-apa ya?
Aku minta maaf.

Nggak seharusnya aku ngelarang-ngelarang kamu waktu itu. Saran-saranku sepertinya juga terlalu berlebihan. Tapi percayalah aku tidak pernah bermaksud ingin mengatur hidup kamu, aduh memangnya aku siapa sih? Cuma salah seorang di kontak BBM kamu yang seneng cerita ke kamu dan bersedia mendengar ceritamu. Harusnya mungkin memang sebatas itu.

Tapi waktu itu jujur aku pengen kamu nggak cuma buka mata. Tapi hati juga telinga. Sampai kapan sih kamu digantungin sama cewekmu sendiri? Tapi yasudahlah tidak usah dibahas lagi, mungkin aku yang terlalu parno waktu itu.

Jujur aku shock waktu kamu justru marah sama aku. Itu pertama kalinya aku mendapatkan aura ketidaksenangan darimu. Dan BOOM! Kita nggak chat-chatan lagi setelah itu, bahkan sampai hari kelulusan pun. Tapi mungkin tidak apa ya, setidaknya aku senang mendapat kabar bahwa kamu dan Mentari sudah menjadi lebih baik-baik saja selama kita tidak chat.

Tapi mungkin juga jadi begini karena aku nggak pernah berani untuk minta maaf ya?

Jadi aku mohon, dalam kesempatan ini, aku bener-bener minta maaf. Aku bener-bener kangen sama kamu. Nggak perlu ketemu langsung, cukup senyum singkat saat berjumpa dan obrolan panjang lebar di bbm seperti biasa.

Aku menggigit bibirku.

Mungkin selama ini memang akunya yang nggak cukup punya nyali untuk berkomunikasi lagi sama dia ya?

Sebuah ide muncul.

Sial, kenapa baru sekarang?

Aku ambil ponselku dah segera mengetik namanya di kontak bbm. Menekan perintah Ping Contact begitu saja. Cukup lama untuk akhirnya muncul tanda centang…dan berhenti disitu.

Aku menghela nafas. Jangan-jangan dia off.

Badanku melemas kembali, kuletakkan ponselku ke meja sampai akhirnya ada bunyi dering di ponselku.

‘Ah! Chat dari dia’

Jantungku berdegup kencang. Mendadak merutuki diri sendiri. Sekarang apa yang harus aku lakukan??

Setelah berdoa dalam hati, dan tentu saja jantung yang berdegup kencang, kubuka chat darinya, lalu terdiam.

Ternyata dering itu hanya menunjukkan pemberitahuan bahwa aku sudah tidak ada dalam kontak bbm-nya. Lalu perintah re-invite dan delete contact.

Apa ini?

Dengan agak ragu aku memilih re-invite. Iya, Aku tidak mau menyesal lagi. Iya,ini kebodohanku untuk tidak punya nyali daridulu.

Nyatanya setelah beberapa menit memperhatikan setiap recent updates yang baru, bukan namanya yang tiba-tiba menjadi nama kontak baruku. Melainkan nama orang lain asing dengan display picture om-om yang sepertinya punya anak dua.

Aku, melemas. Apa sih ini? Kenapa sebegitu susahnya?

Logikanya, jika sudah begini. Ponsel dia hilang lalu ditemukan orang. Atau. Dia menjual ponselnya dan sekarang sudah menjadi milik orang lain.

Mengharukan.

Aku nggak tahu lagi. Tiba-tiba saja bibirku bergetar dan mataku mulai membayang. Tapi aku segera menggeleng dan menengadah. Tidak, sudah selama ini aku memendamnya sendiri, merindukannya sendiri dan baru menyadari kebodohanku sendiri. Tidak seharusnya aku menangisi dan menyesalinya sekarang. Kenapa baru sekarang?

Aku meneguk sisa lemon teaku lalu menenangkan diri. Memandang sinis kearah noteku.

Bodoh.

Berikutnya aku hanya terbengong-bengong lagi memandangi gelas lemon teaku yang telah kosong.

Sudah tidak ada lagi asam, apalagi manis.

Dinginnya pun sebentar lagi, hilang. Bulir-bulir air itu akan segera mengering dan meninggalkan jejak.

Iya, mungkin kejadian itu akan menyisakan jejak setidaknya untukku—penyesalan. Tapi dia? Sudah pergi entah kemana tanpa jejak apalagi kabar.

Jadi.
Haruskah aku tetap berusaha menyesap lemon tea dingin yang bahkan sudah tak dapat kurasakan lagi rasanya, bahkan kehambarannya sekali pun?


===
Ini apa -_-
Hahahaha, salah satu karya spontan yang gak jelas kayak biasanya.
Makasih buat yang iseng baca, lemme know if you read this one hahaha :P

7 komentar:

  1. suka bengong kyknya ya... hehe
    simple tapi manis cerpennya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh? haha siapa kak? saya? lumayaan hahaaha.
      Terimakasih sudah baca XD

      Hapus
  2. Sukaaaaa >o<
    Ringan, bacanya enak. Tapi tetep dalem. Bacaan yang lagi dibutuhin banget sama otakku =D


    ps: kangeeeeeen hoooooooiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ya ampun dibaca .__. iseng karena gabisa tidur sih ini sebenernya XD Makasih lho :D seneng banget kalo kamu suka XD

      ps: samaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!! kamu sih kemarin gaikutaan :(

      Hapus
  3. Aku pengen nulis juga tapi keyboard balak =') #emotinisesuatuksekali #malahcurhat-_-

    Kemaren tabrakan sama pak holmes yang mau ngajak benerin laptop =(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi inget postingan kita yang manaaa gitu ya :')) (?)
      Iya ndak apaa, gimana lepinya sekarang? haha. Lain waktu mungkin kita dapat berjumpa, siapa tau ada acara buber gitu haha U.U

      Hapus
    2. Yang penuh dengan ini --> =') ? XDXD

      Monitor sudah oke, keyboard still balak #eaa
      Iyo! Sebelum masuk nih. Buber yok ._.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...