Kamis, 05 Januari 2012

Hei! mbak..

Sebenernya aku bener-bener nggak tahu harus kasih judul apa buat postingan ini.

But, Hei dalam postingan ini aku mau cerita tentang seseorang yang teramat saya sayangi. dia seorang kakak. yang selalu saya rindukan.

Natalia Diah Saputri, seorang kakak yang cantik, penuh semangat dan ceria. Yang bisa menjadi amat teramat judes setengah mati. Yang perhatiannya besar sekali kepada saudara-saudaranya. Yang ramah dan supelnya minta ampun. Yang berani (banget dalam segala aspek.-.). Yang pintar dan kreatif. Yang nakal juga. Yang keras kepala juga. Yang lemah. Yang rapuh.

...yang meninggalkan banyak jejak di hati semua orang yang mengenalnya.

Kiki. Ya, dia selalu akrab dipanggil Kiki. Sama sekali tidak ada dalam unsur nama lengkapnya memang tapi tetap saja semuanya memanggil Kiki. Aku tahu dari Papa bahwa Mbak kiki dipanggil seperti itu karena wajah mbak mirip dengan artis jaman dulu yang bernama Kiki. Aku nggak tahu sih, tapi toh yang penting mbak yang saya panggil mbak kiki itu tetap kakak saya siapapun namanya.

Kelincahan dan Kesupelannya yang super adalah dua hal yang mungkin paling diingat bagi orang yang mengenalnya.

Aku sendiri sebagai adik paling kecil yang bahkan hanya diberi kesempatan menyaksikan dan merasakan segala kasih sayang dan segala tingkahnya dalam kurang lebih 10 tahun sudah membekas sedalam ini, bagaimana dengan saudara-saudara yang lain yang lebih lama?

Mbak Kiki seperti yang saya bilang diawal adalah kakak yang paling saya sayangi. Ya. Kenapa? Entahlah.. mungkin ya karena segala sifat dan sikap dia yang menyenangkan itu. Dia adalah kakak yang mengajarkan saya menyanyi dan menari waktu T...K-SD kalau tidak salah. Dia yang mengajarkan saya matematika waktu SD. Dia yang mengajari saya main "kaget-kagetan" dengan kartu (aku nggak tahu nama aslinya tapi kata mbak kiki itu nama permainannya). Dia juga yang sering marahin saya habis-habisan setelah Mama. Yang nyubit saya. Yang ngerjain saya. Yang... intinya membuat saya benar-benar secara otomatis justru sayaaaang banget sama dia. Dulu aja setiap Mbak Kiki harus balik ke Bandung buat kuliah saya bisa nangis sesenggukan  saya belum bisa berhenti nangis sampai mbak kiki akhirnya menelepon saya bahwa ia sudah sampai stasiun.

Dan..apalagi sekarang? Bahkan dia sudah harus pergi selama-lamanya.

Mbak Kiki sakit. Gagal Ginjal. Aku tidak tahu tepatnya sejak tahun dan bulan berapa tapi kalau tidak salah ia harus bertahan dengan penyakit itu selama tiga tahun. iya nggak sih? Awal diketahui adalah saat ia pulang ke Surabaya dengan badan gemuuuk sekali. Mama mulai mengira ada yang nggak beres dengan kondisi itu tapi mbak kiki tetap bilang kalau dia hanya sedang gendut-gendutnya. Tapi toh tidak berselang lama mbak kiki mulai sering pingsan dan akhirnya ngdrop. dia masuk rumah sakit, padahal waktu itu dia masih di Bandung dan benar saja dia positif kena Gagal Ginjal. Waktu itu saya masih SD dan nggak ngerti apa itu penyakit Gagal Ginjal.

Semuanya berjalan, Mbak Kiki tetap menuntaskan kuliahnya sampai sarjana lalu pulang ke Surabaya. Ada bengkak dibeberapa anggota tubuhnya seperti tangan, pipi dan kaki. Ia menjalani cuci darah, operasi (sampai sekarang aku nggak tahu operasi apa) segala macam, dilengan, diatas dada bawah bahu, sampai pernah di paha ada selangnya. Lalu ia menikah. Menikah dengan pacarnya tentu saja. Seseorang yang saya tahu laki-laki paling setia, sabar dan baiiiiiik sekali untuk mbak kiki.

Berjalannya waktu, kondisi mbak kiki tidak semakin membaik, badannya menjadi kurus sekali dengan lengan kanan bengkak besar. sama sekali tidak sesuai dengan badannya yang menjadi kurus kering dan menghitam. Rambutnya dipotong pendek dan senyumnya aku sadari sudah tidak seceria dulu. Mungkin aku yang saat itu masih kecil tidak terlalu menyadarinya tapi sekarang.. aku bisa liat dengan jelas dari semua foto-fotonya. Walau sejak saat itu ia sering mengeluh sakit dan minta ini-minta itu tapi tetap saja ada semangat yang ia berikan pada kita semua disaat sedih. seperti guyonan-guyonan khas dia, cerita-cerita segala macam.

Salah satu yang aku suka dari mbak kiki adalah rasa persaudaraannya. Dia suka sekali mengundang saudara-saudara  untuk berkumpul dirumah semenjak ia sakit. entah hanya untuk berkumpul sampai untuk bakar-bakar sate bersama. Dia bahkan bisa datang ke rumah salah satu tanteku yang jauh dengan suaminya naik motor dalam kondisi sakit itu. Dan dia juga bela-belain ngebujuk Papa buat ke rumah salah satu Om-ku yang rumahnya diluar Surabaya hanya untuk mendamaikan keluarga Om-ku yang sedang bertengkar.

Lalu semakin lama, semakin tidak baik. Sering melamun membuatnya sering "kemasukan". Kemudian semakin lama semakin lemah sampai akhirnya bagian kiri anggota tubuhnya mulai lumpuh. Ia duduk di kursi roda. Dan cara bicaranya mulai tidak jelas. Semakin sering masuk rumah sakit. Semakin sering menangis walau ia sebisa mungkin masih menyelipkan senyum untuk menenangkan kami semua.

Akhirnya dia benar-benar drop. Masuk rumah sakit di opname beberapa hari, lalu seperti orang amnesia dia berperilaku linglung seolah tidak mengenal siapa-siapa. Kemudian koma. Dalam keadaan koma dia di bawa pulang ke rumah dan dibaringkan di kamar mama dengan selang oksigen selalu ada dilubang hidungnya.

Aku ingat terakhir kali sebelum dia pergi aku sedang ganti pakaian sepulang sekolah lalu aku melihati lama mbak kiki dan bilang sesuatu (tapi sumprit aku nggak inget apa-apa).

Lalu saat semua tidak ada disampingnya barang beberapa detik saja dia pergi. Ya.. mbak kiki pergi di hari Jumat pada tanggal 5 Januari 2007 yang lalu.

Sudah 5 tahun ya ternyata.

Mbak Kiki pergi dan membiarkan masa remaja saya berjalan tanpa kasih sayang dan kepedulian "spesial"  dari dan khas dia. Sampai sekarang saya suka mengkhayal, mungkin kalau Mbak masih hidup saya tidak akan sekaku ini. mungkin saya akan lebih terbuka walaupun hanya kepada mbak.

Cover yasin yang ada foto mbak dan satu lembar foto dari photobox saya dan mbak selalu saya simpan di dompet. semua barang yang saya pakai sebagian besar adalah warisan dari dia, dompet, jaket merah kebangsaan itu, baju, kemeja, sepatu, kamera. ya.

Banyak orang bilang wajah saya semakin lama semakin menyerupai mbak kiki, saya pernah mendapati Mama kaget banget waktu saya turun dengan innocent pake sweater merah mbak kiki. Mama kira saya mbak. Itu nyesek sekali rasanya. Apalagi setiap saya datang ke kondangan dan bertemu dengan salah satu sahabat kecil mbak kiki. Dia selalu memeluk saya erat-erat seolah saya adalah Mbak Kiki. Ini serius. Aku sampe yang nyesek ya ampun, mbak.. seandainya mbak masih ada.

Sudah 5 tahun ya ternyata. Papa sekarang sudah terlihat lebih ikhlas mbak, dia udah bisa liat foto mbak sekarang, bahkan sampe dipajang di kamar. Oh ya mbak, boneka mario apple aku sama mama dikasihin anaknya temen papa, trus sekarang aku nemu boneka kodoknya mbak. Sama-sama ijo lho, boleh ya aku pek? Nggak papa walaupun dulu suka dibuat duduk sama mbak -u-

Yeah, kadang bicara sendiri kayak paragraf diatas itu cukup melegakan. cukup membayar kangen. Setidaknya ada bayangan senyum mbak yang membalas setiap racauanku.

Aku selalu berdoa buat Mbak. Semoga Allah selalu menjaga Mbak disisiNya selalu. Amin.


Aku selalu kangen sama Mbak.



3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...