Kamis, 26 Januari 2012

Sorry [cerpen]

"Tadaimaaa..."

Mari meniup terompet! fyuh.. rasanya lega sekali bisa tiba di rumah. Hari ini adalah pertama kalinya aku pulang tidak terlalu sore di bulan Mei. Biasanya aku baru bisa on the way ke rumah paling cepat sebelum isya. Well, benar. Baru beranjak, bukan sudah mendarat di rumah. Hari ini memang tidak ada jadwal mengajar les, jadi setidaknya aku bisa beristirahat. Asal kau tahu saja bulan April-Mei dimana masa-masanya UAS adalah jadwal terpadatku.

Ibu menyambutku. Aku memeluknya sebentar sedikit meminta perhatian. Tidak lama kok, karena lima detik berikutnya aku sudah melepas pelukanku dan mendapat sapaan hangat plus bonus tepukan sayang di bahu.

"Tidak ada les ya?" aku menggeleng senang, "Ya sudah.. makan dulu sana"

Aku menggeleng lagi, "Nanti saja, Bu. Aku mau istirahat sebentar"

Ibu mengangguk mengizinkan, lalu aku bergegas ke kamar dan merebahkan seluruh tubuh beserta barang-barang bawaanku diatas kasur. Langit-langit kamarku yang berwarna langit. Sejuk sekali.

"Tumben sekali pulang jam segini"

Sebuah suara menyadarkanku, aku bangkit dari kasur lalu berdiri berkacak pinggang ke arahnya, si pemilik suara. Oh jangan sampai lupa! kau harus memasang senyum menyebalkan ke nona jutek yang satu ini.

"Kau terlihat tidak senang melihat kakakmu ini pulang cepat" Godaku.

"Biasa saja"

Tanggapnya cuek, membuatku justru geli sendiri. Entahlah, dia masih berkutat dengan komputer tabletnya. Jangan salah.. aku tahu sebenarnya dia penasaran mengapa aku bisa pulang lebih awal seperti sekarang.

"Nggak ada jadwal les, dan kakak memang membuatnya begitu. Kakak mau hari ini free, karena kakak mau merayakan sesuatu"

"Aku nggak nanya. Lagipula ini bukan yang pertama kali.. tahun lalu kakak juga pernah. merayakan sesuatu yang tidak jelas, berdoa kemudian bersenandung sendiri tanpa aku boleh tahu apa sebenernya yang kakak rayain" Seloyornya datar dan malas, masih menghadap layar.


"Demi apa, kamu ingat rupanya?" Responku sok kaget, haha. Dia menoleh ke arahku dengan bentuk mata setengah lingkaran. Lucu sekali! "Well, Well.. haha maaf..maaf.. memangnya kamu mau tahu?"

"Nggak"

Hahaha! kuberi tahu ya, kalau nada bicaranya sedikit menyentak seperti ini tandanya apapun yang ia ucapkan memiliki arti yang berlawan kata.

Aku mendongak kearahnya, tersenyum tipis, "Kakak cuma merayakan...masa lalu"

Nona jutek itu memandangku dengan alis naik sebelah.

Aku mengangguk.

"Cuma merayakan masa lalu" Aku tertawa kecil, "Eh, aku keluar bentar ya. Mau siap-siap hehehe.. nggak usah begitu tampangnya hahahaha"

Kesal, nona jutek itu menjulurkan lidah sebelum aku berhasil hilang di balik pintu. Tawa kecilku memudar dan aku mulai mengambil bahan-bahan yang sudah aku siapkan dari beberapa hari yang lalu.





***
"Kakak mau ngapain?"

Mata nonan jutek--adikku membulat melihat aku kembali dengan membawa banyak makanan.

"'Kan sudah kubilang, kakak mau merayakan.."

"Ya tapi...."

"Tapi apa?" Aku nyengir kearahnya yang memasang tampang 'Ah sudahlah'. Aku tertawa lalu mulai memotong-motong kue spons yang telah kubuat semalam.

"Ada seseorang yang melekat di hati kakak" Aku memecah keheningan, walau masih berkonsentrasi memotong kue, "Anaknya baik, anak band. eksis sih, tapi dia nggak suka disebut dan dianggap seperti itu..."

***
5 Mei 2008

"Sam? Sam? Aku tahu kau disini, tidak usah bersembunyi"

"Saa...m?"

Aku menemukan setangkai mawar berwarna putih yang menggantung ganjil--tidak. ralat. ini super ganjil--di dahan pohon. tangkainya diikat dengan tali yang panjang sekali sampai keatas sana. Ada kertas putih yang tertera bersamanya. Penasaran, aku menariknya lalu membaca tulisan di kertas itu.

Pemilik mawar putih ini sudah lama menunggu
mau kah engkau mengakhiri penantiannya dan..
...membuat mawar putih ini menjadi mawar merah?

Kemudian aku dikagetkan kembali oleh suara petikan gitar. Lembut dan terdengar manis. Pemetik dawai itu keluar dari persembunyiannya, di balik satu pohon taman sekolah ini. Ia tersenyum seraya berjalan ke arahku, membuatku salah tingkah luar biasa. Bagaimana tidak? Dia.. Dia orang yang termasuk terkenal seantero sekolah ini dapat melihatku dibalik sekian kerumunan perempuan-perempuan lain yang jauh lebih memujanya. Kau bisa bayangkan?

Jari-jari panjang dan kurusnya berhenti memetik.

"Lagu yang barusan aku ciptain sendiri. Kamu tahu judulnya apa?"

Aku menatapnya gugup. Menggeleng pelan.

"When I Found You"

Aku menahan nafas. Walau mataku tetap terarah pada kedua bola matanya yang sendu dan damai. Aku baru sadar bola mata Sam berwarna coklat. Ramah dan hangat. Mengikat pandanganku secara perlahan.

"Kau tahu? Menurut bahasa bunga.. Mawar Putih-" ia menarik bunga mawar putih yang tergantung diantara aku dan dia, "memeliki arti kesetiaan. yang berarti kesetiaan aku dalam menunggu kamu. Sedangkan ini," ia mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya, Mawar Merah!

"Mawar merah berarti cinta"

"Kau boleh mengucapkan Tulip Kuning jika kau tidak bisa mengambil mawar merah ini.."

Gugup. Bingung. Ragu. Tentu saja. Sam secara tidak langsung mengungkapkan semua yang ia rasakan padaku kan? Lalu apa yang harus.. ah sebenarnya aku bukanlah salah satu dari sekian gadis yang mengharap-harapkannya. Aku bahkan sudah mengenalnya sejak awal MOS namun tidak ada sesuatu yang berbeda. Tetapi.. bohong sekali kalau aku tidak terkesan dengan pernyataan Sam barusan.

"Ki...rana?"

Oh! Aku mengerjap. Mulutku membuka-tutup gugup. Aku kembali melihat matanya, terhanyut dalam kehangatan di matanya. Apa yang harus aku pilih?

Senyumnya merekah melihat apa yang aku pilih. Aku tidak berani menatapnya lagi. Pipiku panas sekali, ah mungkin warnanya sudah hampir menyaingi mawar merah yang sudah ada di tanganku saat ini.

***
"Lho, tunggu. Jadi kakak nerima si.. Sam itu karena spontan atau kekaguman sementara gitu, Kak?"

Aku yang sudah memotong kue spons terakhir, tersenyum. masam. Aku mendongak, mendapati si nona jutek itu sudah turun dari kasurnya, mengabaikan komputer tabletnya yang masih di tangan.

"Awalnya sih begitu. Tapi toh pada akhirnya kakak sayang juga sama dia. Banget malah. Banyak hal-hal baru yang kakak tahu setelah hari itu, dia yang sebenarnya. Sam yang sesungguhnya. Sehingga kakak akhirnya luluh dan.. well, you know? Witing tresno jalaran saka kulino"

"Ha! Happy ending. Sampai sekarang? berarti ini perayaan anniversary gitu? Berapa tahun sih?"

Aku tertawa melihat ekspresi dan intonasi gadis didepanku ini sudah mulai meringan. Oh, sekaligus menertawakan diri sendiri sih. Karena cerita yang sebentar lagi akan aku ceritakan adalah lelucon paling jayus se-jagat raya.

"Kakak sama dia udah..."

***
5 Mei 2010


Bahagia adalah hari ini. Bayangkan saja. Setelah hampir setahun penuh kau belajar demi mendapatkan nilai terbaik agar dapat masuk ke sekolah lanjutan yang kau inginkan akhirnya bisa menghirup udara segar juga! Liburan. Sekaligus "perpisahan". Di Bali. Ya, Bali selalu menjadi tempat favourite bukan?

Setidaknya aku bisa melupakan rasa takut akan hasil UN. Yang penting aku sudah berusaha dan sekarang adalah saatnya liburan.

Oh ya. Ada yang spesial hari ini.

Aku turun dari bus sembari tertawa-tawa bercanda dengan teman-temanku. Akhirnya kita tiba juga di pelabuhan dan bersiap menyebrang ke pulau Bali. Mataku berkeliaran, mencari sosok Sam. Bis kami berbeda dan itu membuatku kesal sekali karena aku jadi tidak bisa bersama-sama dengan Sam sepanjang perjalanan.

Dia kemana ya? SMS pun nggak diba... ah itu dia!

"Sam!!"

Dia sadar dan mendapatiku melambai ke arahnya lalu tersenyum seperti biasa. Aku berlari menghampirinya kemudian menepuk punggungnya dan cengengesan tanpa dosa. Aku senang berlaku seperti itu karena biasanya Sam akan menepuk-nepuk kepalaku lembut.

Tapi tidak, hari ini dia tidak melakukan itu. Dia hanya tersenyum...ganjil. Iya, ada yang aneh. Aku sampai berhenti berjalan.

"Kiran? Ayo.. nanti kamu ketinggalan lho.."

Aku membentuk mulut a sekilas lalu mengangguk kikuk dan segera menjajarkan langkahku dengannya.

Sepanjang di kapal aku memikirkan sesuatu.*Tapi aku tidak bisa menyimpulkan apa itu. Sam aneh hari ini. Aku tahu harusnya aku tidak boleh menyimpulkan yang aneh-aneh hanya karena dia tidak melakukan satu kebiasaannya terhadapku.

Mungkin dia... Oh! jangan bilang kalau dia mengerjaiku? Sam belum bilang apa-apa sampai sekarang.

Tapi..

Aku memandangi matahari tenggelam didepanku saat ini. Angin laut sore mengibarkan anak rambutku. Sekarang sudah hampir petang. Benarkah ia mengerjaiku?

Tahun kemarin juga begini sih. Tapi bahkan aku bisa membacanya. Tidak seperti sekarang.

"Sam"

"Ya?"

Aku tersenyum ke arahnya, tetapi dia tidak berpaling, masih melihat sang surya yang sinarnya membuat rambut Sam menjadi coklat seperti iris matanya yang selalu aku suka. "Kau tahu sekarang hari apa?"

"Hn? Hari Jumat 'kan?"

Tertawa kecil aku menanggapinya, "Maksudku.. apa kau tidak merasa melupakan sesuatu?"

"Eh?" dia menoleh bingung lalu terdiam lama. Membuat moodku mendadak turun seketika. Aku masih melihatinya, menunggu jawaban.

"Aku lu..pa. Ah, maaf Kiran memangnya ada apa? Ulang tahunmu masih lama kan?"

Benar! Ya.. Sam benar sekali. Ulang tahunku memang masih lama. Rasanya aku ingin tertawa keras lalu menari Saman di tengah lautan.

"Hari ini anniversary kita yang ke-2 tahun, Sam"

Raut wajahnya berubah, ia memalingkan wajahnya, kembali menghadap barat. Aku bahkan tidak bisa memprediksi apa yang ada dipikiran Sam saat ini. Kenapa ekspresinya harus seperti itu?

"Iya, aku baru ingat. Maaf.."

Aku membuang muka. Entahlah, sama sekali tidak biasa. Sam selalu ingat, Sam selalu mengerti.

"Happy Anniversary ya, Kiran.."

Aku  melirik mata coklat milik Sam yang menyorot sendu lautan. Menghela nafas aku mengubah fokusku ke gelombang-gelombang air laut dibawahku, "Iya. Happy Anniversary juga..", jawabku pelan.

***
Aku mengatupkan mulutku lalu meletakkan saringan yang baru aku gunakan. "Taraaaaa!! Tiramissunya sudah jadi!!" Aku mendongak kearah adikku, si Nona Jutek, bangga. "Mari kita pees--"

"Kak" dia memotong, "cerita kakak barusan nggak menjawab penuh pertanyaanku tadi. Ceritanya belum selesai kan?"

"Tumben banget sih kamu tertarik denger cerita kakak. Biasanya juga cuek bebek" Aku menertawainya. agak garing sebenarnya, "udah ah yuk dimakan tiramissunya.."

"Kak.."

Aku mengendurkan senyumku. Memiringkan kepala mengamati raut muka nona didepanku, lalu tertawa lagi.

***
"Kamu aneh akhir-akhir ini. Kita ini lagi liburan lho Sam.. bukan lagi ujian. Dan kamu yang kayak nyuekin aku gitu. Kamu kenapa?"

Aku bertanya pada Sam saat rombongan kami sedang beristirahat, makan siang di Bedugul. Udaranya dingin. Sedingin sikap Sam akhir-akhir ini. Benar. Bahkan setelah hari anniversary itu ia semakin terasa jauh walau kami masih berjalan beriringan di setiap tempat wisata. Aku tahu Sam pasti sedang ada masalah, aku harus tahu apa itu. Walau setiap Sam ada masalah tidak pernah seaneh ini, pastilah masalah yang sekarang jauh lebih menekan pikiran Sam.

Tapi kau tahu? Sam hanya diam saja. Ia bahkan tidak memandangku. Aku memainkan ujung kaosku. Keheningannya justru menyuarakan berbagai kemungkinan yang penuh tanda tanya untukku. Ada apa dengan Sam? Sebisa mungkin aku menjaga nada bicaraku. Tenang.

"Samudra?"

Matanya  mengedip satu kali.

"Kita sudah dua tahun bukan?" Ia bersuara, masih kearah lain. "aku ngerasa...kita gitu-gitu aja"

Ha?

Aku mengerutkan kening.

"Aku... jenuh, Kiran"

Kau pernah merasa seperti ini, dadamu sesak, seperti ada beban didalam dadamu yang menyumbat seluruh jalan hingga kau susah bernafas. Seolah kau ingin segera berteriak sekeras-kerasnya namun kau tahu itu tidak mungkin.

Seperti itulah aku saat ini.

"Jenuh..", gumamku.

"Bukannya aku tidak senang bersama-sama dengan kamu. Dua tahun kita selama ini, sangat berarti"

Jadi?

"Kirana. Maaf. Aku nggak bisa bersama-sama sama kamu lagi"

"Kamu bohong kan?"

"...Sam, kamu bahkan daritadi nggak ngeliat aku. Aku tahu kamu bohong.."

"Samudra, jangan hanya diam..", aku berbisik.

"Kiran, dengar." dia akhirnya menatapku, membuatku dapat kembali terpaku pada matanya, "sebentar lagi kita udah nggak sama-sama. Kamu pasti bisa nerima itu. Jalan kita sekarang beda.. kamu punya jalan kamu sendiri dan aku juga punya jalanku sendiri"

"...dan kita harus berpisah jalan mulai dari sekarang, Kiran"

Demi Tuhan. Mataku panas sekali. Sakit sekali rasanya. Aku marah. Aku marah padanya, pada Sam. Karena pikiran bodohnya. Apa maksud dari jalan kita berbeda? Dan yang paling membuat aku kesal adalah setiap bahasa tubuhnya yang dingin, aku berharap dia bohong. Lihat, dia bahkan tidak melihatku saat mengatakan kalimat terakhirnya.. dan alasan yang dia ucapkan sama sekali tidak jelas. Aku benar-benar tidak mengerti.

Aku menarik nafas dalam-dalam. menengadah sebentar mengumpulkan sisa-sisa kekuatan, menjaga agar tidak ada yang jatuh dari ujung mataku. Aku menggigit dalam bibirku kuat sekali. Sakit. Sesakit hati saya saat ini.

"Soo desu ka" Aku mengangguk. Lalu berdiri, pergi meninggalkan dia yang masih saja tidak berpaling. Aku sampai menduga, jangan-jangan ada cewek cantik yang sedang menari tor-tor atau apa sehingga mata Sam tidak dapat beralih menatap keluar jendela.  

Aku tidak mengerti,*tidak bisa mengerti kenapa dia harus berbohong. Hahaha, bahkan aku masih berharap ia berbohong dan mencegahku pergi. Percuma saja bukan.

Dan sepanjang perjalanan yang melanjutkan ke tempat wisata lain tidak dapat aku nikmati sama sekali. Moodku hilang, habis, terkikis. Segala pertanyaan teman-temanku tidak ada yang benar-benar aku jawab. Aku malas. atau marah, atau sedih. atau sedang depresi. Tidak ada yang mengerti.

Hingga sekarang, makan malam terakhir di Bali. Aku turun Bis sambil memakai jaket. Sebenarnya aku tidak ada nafsu makan. Salah satu teman menarikku lembut, mengajakku untuk berjalan dengan benar--karena sebelumnya aku hanya menyeret kaki--dan cepat-cepat agar kita kebagian kursi untuk makan. Aku hanya mengangguk, melepas pegangannya dan mengikuti punggungnya.

Aku tidak mengambil makan, hanya teh hangat. Lalu duduk di kursi paling belakang. Tempat yang tidak lebih ramai dari yang di depan sana. Karena didepan meja-meja makan sudah tersedia panggung. Aku ingat, hari ini memang akan ada pensi kecil-kecilan.

Arlojiku menunjukkan pukul 19.23. Hah, aku lelah. Mendadak keramaian yang awalnya menyenangkan seperti kemarin ingin aku ganti menjadi keheningan. sunyi, Karena...bodohnya aku kesal melihat orang-orang disini saling tertawa, ceria, bahagia sedangkan aku tidak.

'deg'

Jantungku berdetak keras satu kali. Sepertinya band yang sebelumnya menghibur sudah digantikan oleh band lain. Aku mendongak dan. Hahahaha. Dugaanku benar. Saat ini Sam dan teman-teman bandnya sedang ada dipanggung sana, turut meramaikan acara. Dan, Sam-lah yang memulai intro lagu dengan gitarnya.

Aku menopang dagu, mataku entah menfapa menyipit, memperhatikannya sedikit jengkel.

Mataku sontak melebar lagi.

Hei.. hei.. lagu macam apa ini? Maksudku, kenapa bisa mereka menyanyikan lagu seperti ini.

Menusuk. Sesak sekali.

Sekelilingku justru menampakkan raut wajah terlarut.

Aku membuang muka, kearah luar luar jendela juga boleh, menutup telingaku rapat-rapat walau toh tidak menimbulkan efek yang signifikan. Aku masih dapat mendengar jelas setiap kata pada lirik lagu itu, menekan. sesak. Tanpa dapat aku cegah setetes air mata akhirnya turun juga saat suara backing vocal itu menyahut. Suaranya. Suaranya menyusul air mata yang lain, disusul lagi. lagi, Pecah sudah semuanya.

Dan sekarang aku dari belakang sini hanya bisa melihatnya samar-samar.

***

"...dan itu yang terakhir kalinya"

"Aku nggak pernah lihat Sam lagi setelah makan malam itu. Bahkan saat pengumuman kelulusan"

Aku mendongak, cengengesan.

"Hahahahaha, hei nona.. tampangnya serius amat.. udah kan ceritanya. Tamat sudah.. the end. Ayo sekarang pesta!"

"Jadi.."

Aku menggeleng-geleng pelan. Memasang tampang senyum sok bahagia didepannya.

"Sekarang cinta bukanlah sahabat bagiku. Sekarang kita berdua telah jadi musuh. Kata sayang sepertinya juga telah hilang, mereka pergi angkat kaki jauh dari sini.."


Aku bernyanyi. Lagu terakhir yang melatar belakangi kisah saya dan Sam. Ekspresi adikku berubah masam, bibirnya manyun sedikit.

"Sorry, kita tak sejalan.. sepertinya kita tak sepaham. Sorry.. Sorry.."


"Kak, udah deh.." selanya, "sedih tauk!"


Aku mengatupkan mulut. Whew, sedih ya.

Sedih?

"Ya sudah, kalau nggak mau sedih makanya ayo kita makan Tiramissunya! Kakak laper nih.. kita rayakan kejadian dua tahun lalu itu hahaha"

"Just a stupid whom celebrate her failed anniversary"


"Uh-hm.. yes I am, Sist.." Aku menggodanya dan mulai memotong kue. "Ayo makan, dicobain dong kuenya.."

Dia menghela nafas, menggeleng-geleng lalu mengambil sepotong kue.

"Kakak ternyata jauh lebih misterius dari yang aku kira.."

Aku tertawa pelan kearahnya.

Sekarang aku berkawan dengan kesepian
Sekarang kita berdua sependeritaan
Belajar mengenal cinta, arti kata sayang
Semoga esok lebih baik dari hari ini


"Ada satu cerita dibalik cerita yang kakak ceritain tadi. Kakak baru tahu beberapa bulan setelah kelulusan"

"Hm, apa itu?"

"Dia pergi melanjutkan belajarnya ke luar negri"

"...kata temannya itu suruhan orang tuanya. dan Sam harus merelakan salah satunya. Temannya bilang, itu aku. Karena Sam bilang dia nggak bakal bisa jauh dari aku kalau saja hubungan kita masih"

"Whew.."

"Kata temannya juga. Sam berhenti main musik. Dia sampai sekarang juga masih sendiri, dia jadi jauh lebih dingin dan tidak terlalu membuka diri"

"..itu! ya, itu kata temannya sih.. entahlah"

"Yang aku percaya adalah. Yah, walau ini mustahil banget. Aku disini masih menunggu dia kembali walau entah harus melewati perayaan ini berapa tahun lagi. Mungkin sekarang jalan kita emang beda, tapi.. who knows? Mungkin saja tujuan kita sama, dan bisa ketemu di jalan yang sama lagi.."

"Ya ampun, Kak.."

"Hehehehe, bego ya kakak, huahahaha aduh ini kalo murid -murid pada tahu tentornya kayak gini pada minta berenti les massal kali ya hahahaha"

"Selama ini kakak nggak kelihatan begitu lho, atau akunya yang nggak sadar ya? Tapi kakak.. keren! Setia abis. Aneh.. aneh maksimal!"

Hahahahaha, aku menjulurkan lidah, mengejeknya.

"Tiramissunya enak, akan lebih enak kalau anget tapi. wek. Kapan-kapan bikin lagi yak hahahhaa.."

"Cieeh, aku dipuji lho.. akan lebih indah  kalau kritiknya dihapus tapi hahaha. Iya kapan-kapan, makanya bantuin kakak kalau bikin beginiaan.."


Tahu tidak Sam kenapa aku memilih Tiramissu?

Karena warna coklatnya selalu mengingatkanku dengan bola mata kamu yang coklat, hangat. Rasanya yang manis menggambarkan setiap senyum kamu yang tipis, manis.
Sekarang aku disini. Dengan mawar putihku.
Menunggu kamu dengan segala keajaibanmu, menyihirnya kembali menjadi merah.

Oh iya hampir lupa. Untuk menutup perayaan tahun ini aku mau bilang...

Maaf.

-end-



ps: sebenernya ini songfict yang gagal. terinspirasi dari lagu "Sorry" by Netral. download deh, bagus lho! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...