Jumat, 28 Januari 2011

Bersama Matahari Terbenam [cerpen]

Bayangkan sekarang kau berada diantara rumah-rumah yang arah hadapnya kearah timur. Di depannya sebuah sungai yang panjang. Sepanjang jajaran rumah itu. Ada pohon-pohon besar yang berdiri kokoh disetiap hampir tepi sungai.
Sekarang lihat gadis kecil yang duduk menopang dagu dengan raut muka kesal disana. Iya, itu.. yang sedang duduk bersila didekat pohon tepi sungai. Kenalkan namanya adalah Caramel. Nama yang lucu dan sangat ‘komik’ bukan? Tapi cukup panggil dia Mel.
Namun, apa yang dia lakukan saat ini? Bersemedi? Ah, kau pikir anak TK berusia lima tahun bisa melakukannya? Tidak mungkin, kan?. Atau.. ah, ya! Aku tau. Pasti dia sedang kesal karena lelah menunggu temannya yang juga tetangganya itu.
Hei, apa kalian mendengar suara anak laki-laki yang sepertinya berjumlah lebih dari dua? Ya, terdengar jelas sekarang. Dari arah sana ada gerombolan anak kecil laki-laki yang berseru senang dengan baju kotor mereka masing-masing.
Mel, yang sepertinya juga mendengar suara itu langsung berlari ke tepi jalan dan melipat tangannya didepan dada. Matanya menyipit tajam, setajam bambu runcing, melihat kearah satu anak laki-laki—yang juga berumur lima tahun—yang membawa bola sepak.
Tuh kan, benar. Dengar ya, anak laki-laki yang membawa bola sepak itu—yang ditatap tajam sama Mel—namanya Radit. Ya, dia tetangga Mel. Temannya Mel.
Radit menyadari tatapan tajam Mel. Merasa baru ingat janjinya dengan Mel. Ia segera..
“Ah! Aku udah sampe niih.. makasih ya, udah ngajak hahaha..” Radit berseru pada teman-temannya. Teman-temannya melontarkan berbagai seruan yang sama semangatnya “Besok main lagi, yaa! Daaa!!!” Teman-temannya bersorak kompak. Radit tersenyum lebar.
Teman-teman Radit sudah mulai menjauh. Senyum lebar Radit mulai berubah menjadi senyum ragu. Radit melihat Mel yang sedang menatapnya dengan sejuta jurus pembunuh.
“Aduh.. lupa deh aku..” Radit menggumam pelan sambil memutar bolanya dengan dua tangan.
“Ee, hai, Mel!! Mau main bola?” Radit berseru girang seolah-olah tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa.
“Radiiiitt!!!” Mel berteriak kesal “Aku tuh udah nunggu kamu dari tadi tauuu sekarang mataharinya udah ilaaang.. katanya mau nemenin akuu, sekarang aku malah liat sendiriaan..”
“Abisnya temen –temen aku ngajak main bola tadi siang! Aku kan juga keasyikan.. lagian di lapangan kan nggak ada jam, mana aku tauu..”
“Tapi kan nggak bisa gituuu.. aku ngajak Radit duluaann kemarin..”
“Namanya juga keasyikan.. keasyikan ya keasyikan..”
Mel memanyunkan mulutnya. Radit menggembungkan pipinya. Keduanya saling punggung-punggungan.
Sudah mulai gelap. Kakak laki-laki Mel-Dimas-keluar dengan wajah ramahnya.
“Meeel!! Masuuk, udah mau maghrib..” Katanya sambil membuka pagar “Eh, kenapa lagi ama Radit, Mel? Hayo! Radit kamu apain Amel?”
Mulut Radit hampir membuka saat kakak perempuan Radit-Manda- juga keluar.
“Diit, masuk! Udah maghrib.. selalu ya.. main nggak kenal waktu!” Kata Manda sambil menggandeng masuk Radit.
“Eh! Apaan, enak aja Radit dibawa masuk, liat nih adek gue manyun gini! Pasti abis diapa-apain ama adek lo!”
“Enggak, kaak.. Radit gak ngapa-ngapain Mel..”
“Radit jahat sama Amel..”
“Tuh kaan.. adek lo, tuh!”
“Hee, nggak usah asal nuduh ya.. adek gue bilang nggak ngapa-ngapain.. adek lo aja yang suka cari masalah ama Radit, yeeee..”
Akhirnya mereka berempat malah adu mulut. Yah, dua kakak-adik yang tidak pernah akur. Apalagi Dimas dan Manda. Musuh bebuyutan dari kecil. Sampai akhirnya adu mulut ini berhenti karena Dimas dan Manda memutuskan menggandeng adik mereka masing-masing masuk rumah, dengan kepala bersungut.
“Selalu cari masalah!” Pikir Dimas dan Manda, sama. Wew?.
Sekarang bayangkan waktu berjalan semakin cepat, membuat mereka semua tumbuh besar. Menjadi remaja yang tetap bersahabat walau sering bertengkar. (apalagi Dimas dan Manda).
Sekarang Radit dan Mel duduk dibawah pohon didepan rumah mereka. Mimpi Mel sejak dulu kan melihat matahari terbenam bersama Radit. Siapa sangka jika daridulu Mel menyukai Radit. Bukan hanya sebagai sahabat, teman, tetangga, teman adu mulut atau partner jail dan kenakalan. Tapi lebih dari itu.
Bola merah didepan mereka mulai turun perlahan. Mel makin membuka mulutnya kagum. Radit juga jadi menyunggingkan senyumnya (sebelumnya dia kesal diajak beginian, karena klub sepak bola jagoannya sedang bertanding).
“Kereeenn..”
“Bagus ya, Mel ternyata.. haha, tau gitu daridulu kita lihat kaya’ gini..”
“Huu kamu tuh nyebelin.. aku selalu nonton sendirian, tapi jadi nggak bisa nikmatin gara-gara kesel ama kamu..” Cibir Mel “Tapi akhirnya kita bisa lihat matahari terbenam bareng!! Kok kerasa lebih keren, ya?”
“Ahahaha.. maaf deeh.. abisnya pikir aku buang-buang waktu banget wee..” Mel memanyunkan mulutnya. “Tapi, tunggu kamu bilang lebih keren?”
“Iyaa..” Mel mengangguk tegas “Rasanya bedaa..”
“Yaiyalaaahh orang nontonnya bareng orang keren kaya’ akuu.. hahahahahha....”
“Hwoo! PEDEEEE” Mel mendorong pipi Radit kesal, sedangkan Radit Cuma tertawa. Tawa yang selalu bikin jantung Mel lari marathon, karena setiap Radit ketawa, matanya juga ikut berbinar.
“Oke oke.. buat ngebayar utang-utang aku  yang dulu, gimana kalo’ mulai sekarang tiap hari kita lihat matahari terbenam bareng?”
Kalau saja langit tidak mulai gelap, kau akan melihat wajah Mel sedang memerah sekarang.
“Asyiiikkkk...”
Bayangkan, saat ini Radit dan Mel sedang menunggu matahari terbenam. Sudah menjadi rutinitas mereka sekarang, bahwa mereka harus melihat matahari terbenam bersama, dan selalu berbagi cerita tentang apa saja.
“Mel, kamu tau Airi anak X-3 gak?” Tanya Radit tiba-tiba disaat mereka sudah kehabisan bahan cerita, Mel menoleh. Mendadak dia kesal sama Radit.
“ Kenapa Radit tiba-tiba tanya Cewek sih?” Batinnya.
“Eh? Anak X-3? Airi? Aku jarang kenal ama anak X-3, Dit.. jauh soalnya dari kelasku hehe, kenapa hayoo?” Berakting seperti biasa ya, Mel.
“Ha? Hehehe nggak apa sih..” Kata Radit malu-malu.
“What? Tunggu! Apa ini? Kenapa muka Radit jadi merah kaya’ gitu? Selama bertahun-tahun hidup ama dia aku nggak pernah liat muka dia yang kaya’ gitu?” Batin Mel.
“Ah, aku tau! Kamu naksir yaa?” Kata Mel sambil berusaha menutupi nada kecewanya sebenarnya.
“Ya, begitulah.. hahaha tapi udah.. kamu diem aja lho! Ini rahasiaa, oke?” Kata Radit akhirnya menghadap ke Mel (sebelumnya ngeliatin sungai sambil senyum-senyum).
“O-oke..” Ada nada ragu. Sudah jelas bahwa Radit tidak punya rasa yang sama seperti Mel. Mel memunguti kepingan hatinya yang pecah dan berserakan barusan.
‘Ting-Tong-Ting-Tong’
“Siang menjelang soree, Meel.. Carameell..”
Bayangkan. Sekarang Radit lagi teriak-teriak didepan rumah Mel dengan tidak sabar.
“Woy, Radit! Haduuuhh, ganggu tidur siang aja! Ngapain teriak-teriak?” Kepala Dimas muncul dari beranda atas dengan rambut dan muka khas bangun tidur.
 “Mel! Panggilin Mel dong, Maas..”
“Ha? Gitu aja heboh banget! Untung nggak ada mama. Bentar!” Kata Dimas “ Nggak Kakak nggak adek sama aja mulutnya gede” Gumam Dimas.
“Hola, Dit.. ada apa deh? Sorry tadi abis dari kamar mandi, hehe” Kata Mel yang baru keluar dari pager, dan jalan ke pohon tempat Radit duduk.
‘SRET’
Mata Mel membelalak. Gimana nggak? Radit tiba-tiba nunjukin handuk kecil berwarna biru tua tepat dimukanya.
“Apaan nih?”
“Duduk dulu deh..” Kata Radit.
Ekspresi ini.. ekspresi yang bikin Mel harus mungutin kepingan hati lagi, karena Mel tau ekspresi itu bukan karena Mel. Karena orang lain. -_-.
“Ini dari Airi! Dia tadi ngeliat aku latihan..” Kata Radit “Dia juga ngasih semangat ke aku biar bisa jadi pemain inti di klub sepak bola sekolah!! Jangan-jangan dia juga suka ama aku!” Kata Radit super heboh.
Mel bengong. Lagi-lagi Mel harus mungutin kepingan hatinya yang pecah terus.
“Ba-bagus dong.. hehe” Aduh aktingnya Mel nggak bagus nih “Cieee!!! Nggak cinta bertepuk sebelah tangan doong..” Seru Mel yang kaya’nya malah nyindir diri sendiri.
“Tahan Mel.. tahaann..” Batin Mel bertahan biar nggak nangis, Mel merasa harus menyapu semua hatinya yang berserakan. Yang nggak mungkin menyatu lagi, daripada terus berserakan, Mel sudah menetapkan keputusan.
“Hehe, seneng banget aku..” Kata Radit.
“Aku juga..”
“Eh! Ada matahari terbenam!! Gimana kalo’ kita mohon doa.. anggap aja itu bintang jatuh, haha.. besok kan aku juga mau tanding biar bisa masuk pemain inti” Ajak Radit. Mel mengangguk setuju.
Bersama matahari terbenam, mengucap doa.
Sinar matahari menyorot kedua wajah mereka berdua yang sedang memejamkan mata dan berdoa.
“Tuhan, berikan aku kemudahan dalam pertandingan besok, lancarkan hubunganku dengan Airi, pertahankan dan jagalah persahabatanku dengan Mel” Doa Radit dalam hati.
“Tuhan, aku hanya mengharapkan segala yang terbaik untuk keluargaku dan laki-laki disampingku..”
Mel sudah berpakaian rapi, dia berniat untuk membeli sesuatu untuk Radit, Radit kan sedang berjuang sekarang walau belum tentu berhasil, Mel tetap ingin memberikan hadiah untuk Radit.
“Mau kemana, Mel?” Tanya Dimas.
“Ah? Oh.. mau keluar beli sesuatu..”
“Perlu dianter?”
“Nggak usah deh.. sendiri aja, Daa kaak.. Mama di kamar, kan? Mau pamit”
“Yoi.. ati-ati dek..” Kata Dimas sambil menepuk puncak kepala Mel pelan. Mel tersenyum manis. Semanis Caramel.
-
Sedangkan Radit sedang berusaha keras demi impiannya menjadi pemain sepak bola, ia terus mengejar bola sampai dia bisa menggiringnya dan menendangnya di gawang lawan.
Mel keluar dari sebuah toko, dengan kantong plastik kecil ditangannya. Merasa puas dengan apa yang baru saja ia beli. Sederhana dan kecil sih, tapi lumayanlah..
Pertandingan berhasil dimenangkan sekolah Radit, dengan Radit sebagai salah satu pencetak golnya. Radit berhasil menjadi pemain inti. Senyumnya melebar, senyum yang penulis yakin bikin jantung Mel lari marathon. Radit tak sabar memberitahukan hal ini kepada Mel.
Mel menyebrang jalan tanpa melihat kanan-kiri terlebih dahulu, karena menurutnya jalanan yang tidak terlalu ramai hari ini akan sedikit kendaraan yang lewat, tapi nyatanya sebuah mobil yang melaju kencang menghantam tubuh Mel ke aspal hitam.
Radit diberi sebuah topi dari Airi. Airi mengucapkan selamat pada Radit, tentu saja ia senang, karena ia semakin dekat dengan Airi. Sampai akhirnya dia merasa perasaannya tidak enak. Radit keluar ke tempat sepi dan menelpon sahabatnya. Mel. Betapa bingungnya dia karena nomor yang ia tuju tidak aktif. Baru saja Radit memutuskan sambungan teleponnya, ponselnya bergetar.
“Mas Dimas?” gumamnya.
“Halo.. ada apa mas? Mel ada disebelah mas nggak? Aku mau kasih tau kalo’ aku berhasil jadi pemain in—“
Sekarang bayangkan. Kebahagiaan yang baru saja dialami Radit datang bersama duka yang datang terlalu tiba-tiba. Radit mematung. Benar-benar tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Bersama matahari terbenam, ia berdiri mematung.
2 hari setelah pemakaman.
Manda mengetuk kamar Radit. Radit selalu mengurung kamar sejak saat itu. Sekolah pun rasanya tidak bersemangat.
“Dek, Dimas nyariin kamu..”
Setelah beberapa saat tidak ada jawaban dari Radit. Manda menyuruh Dimas menuliskan pesannya ke kertas saja. Setelah itu Manda menyelipkannya di celah bawah pintu.
Radit cengeng?. Yah, Radit sebenernya cowok yang cukup cengeng. Biasanya dia akan menahannya kuat-kuat agar tidak menangis, tapi dia nggak akan kuat sekarang. Radit melihat lipatan kertas didekat pintu, dengan gontai dia mengambil dan membacanya.
Dit, bisa gak, km cari slh satu gundukan tanah yg agak aneh, dideket pohon depan rumah?
Gali dan kau akan tau semuanya...
Sorenya Radit pergi ke pohon yang selalu dia duduki dengan Mel, merasakan memang ada yang beda disana. Ada gundukan tanah yang baru saja digali dan ditutup.
Menurut surat dari Dimas tadi menggali, kan? Jadi Radit kesini sudah membawa sekop kecil. Ia menggali cukup dalam dan menemukan buku harian, Mel?

"Itu aku yang ngubur.. amanat terakhir dari, Mel.. mas tinggal dulu ya, Dit.." Tiba-tiba suara Dimas terdengar, ia segera pergi dengan motornya.
Radit mulai membuka buku itu..
10 september 2009
Radit it nyebelin!! Masa’ LAGI-LAGI dia lupa, mau nonton matahari terbenam aja gak mau, selalu cari alasan! =[
18 September 2009
Ternyata bener, kaya’nya aku suka ama Radit, lebih dr seorang temen?
191209
7 THINGS I HATE ABOUT RADIT
His Smile, his laugh, his hair, his BALL, his EGO, His brain (he’s smart, u know?), and EVERYTHINGS THAT MAKE ME LOVE HIM! X|
15 Juli 2010
Satu sklah lagi ama Radit!! XD ya, walau gak sekelas siih L
26 Juli 2010
Radit ikut ekskul sepak bola!! Hebaatt, aku jadi bisa liat wajah dia yg lg kesetanan ngejar bola XD dasar muka bolaa!
2 September 2010
Akhirnyaaa!!! Seneng banget!!
Aku bisa liat matahari terbenam bareng Radit! Love him! Love him!
5 Oktober 2010
Dia suka ama cewek?! Airi? Siapa sih tuh cewek? T.T Aku benci Radiiittt...
8 Oktober 2010
Thought my broken heart, tears my dreams apart, I’ll be alright. Just a broken heart not a word to fight, I’ll be alright.. i’ll be ALRIGHT!  :’)
9 Oktober 2010
Pertandingan yg pnting buat Radit. Aku rasa bsok harus mengubur buku harian ini dibawah pohon kenangan kita, Dit.. bersama kepingan hati yang bolak balik pecah. Itupun klo masih ada waktu :x
9 Oktober 2010
Mau beli sesuatu buat Radit aahh.. setidaknya aku berusaha jd sahabat yg berharga buat dia.. :D brb siap-siap.
“Mel..”
“Bodoh! Radit cengeng! Cengeng!” Radit menghapus air matanya kasar. Memeluk buku itu. Lalu ia membuka kantong plastik lainnya dan menemukan sebuah pajangan atau patung kecil dengan tokoh kartun bernama Conan yang tersenyum lebar dengan bola sepak ditangannya.
“Mel.. bodoh! Kenapa nggak bilang daridulu..”
“Tapi, Mel.. kamu tetep mau jadi sahabatku kan? Karena kamu memang sahabat aku yang paling berharga..” Ucap Radit serak, bersama matahari yang mulai tenggelam didepan sana.
Bersama matahari tenggelam, ia menggenggam erat yang tersisa dari sahabatnya.
-The end-

Bhuahahahahahhaha... XD ini cerita apaaann?? Geje beuutttt.. -_-‘
Aduh, ampun deh ya.. nggak tau nihh.. sebenernya udah kepikiran banyak ide, mau bikin cerita komedi, cerita fabel, ama cerita ini.. tapi yang jadi malah cerita ini dengan alur yang gejebeut.. -_-v ampuun ampuunn...
Tapi, gimana deh menurut kalian? Nggak kerasa feelnya ya? Ahahaha.. sok bikin beginian sih, saya.. XD
Eh, itu setting rumahnya aku ambil dari rumahnya temenku yang ada di pondok candra.. (klo anak galas pasti tau.. concert underwater XD). Trus.. buat nama Dimas itu gak tau.. sebenernya nama ini udah di setting ke cerita lain, tapi aku pake juga disini haha.. nama Manda ini juga gak tau tiba-tiba yang kepikiran ini yasudah..
Kalo nama Caramel ini, munculnya tiba-tiba. Sebenernya aku suka banget ama nama yang dipanggil ‘Mel’ maunya sih ‘Melly’ tapi nama ini juga udah ke setting di cerita lain, trus tiba2 muncul si Caramel, kaya’nya lucu juga nama Caramel :3
Radit! Aaaww.. ini mah gak tau yah, obsesi daridulu.. suka deh sama nama Radit! FYI aja Radit diambil dari Radithya yang dalam bahasa sansekerta artinya Matahari! XD
Trus! Mohon maap kalo disini saya menjadi pembunuh lagi XD jahat ya? Pemain baru langsung dibikin mati.. -_- maap maapp... -_-v
Ah yasudahlah.. begini saja dari saya (ini udah banyak lho, Ta..) hehe iya maap..
Mohon kritik dan sarannya!! Berguna banget buat penyemangat!! Makasih yang udah mau baca, apalagi komen!
Sayonaraa..
Nb:oya! cerita ini untuk menjawab tantangan dari saudari Asrinisa Rachmadewi.. .__.v maap klo gak memuaskan, kaakk.. .__.v
-GentaRP-

7 komentar:

  1. wuih, bocah hebat!! tantangan gw terjawab!!! walau ga pake nama karakter anak icil, tapi gw tetep suka cerpennya!! malah lebih suka, karena ga ada distract dari karakter anak icil yang udah terbentuk sebelumnya. bikin lagi dong cah!!! :p

    saranku, kalimat2 yg di dalam kurung itu coba diolah jadi kalimat biasa. maksudnya masuk ke cerita, jangan dibuat dalam kurung. pasti nanti lebih ok, dan bakal siap buat dikirim ke majalah!

    yg aku suka dari cerpen ini adalah, kamu udah sangat meminimalisir sisi penulis. kalo dulu kan tiap bikin cerpen ada ekspresi penulisnya tuh, skrg udah nyaris gada. great progress!

    kritikan dikit, menurutku terlalu banyak pengulangan kata "hati yang berserakan" dan ekspresi "hati marathon" kalo dicari frase lain bakal lebih oke pasti :)

    sama satu lagi. aku bingung, itu kan si Mel ketabrak abis beli conan di toko, terus kok dia sempet ngubur conan n diarynya?

    BalasHapus
  2. Waaaaaaaaa.... sumpah!! jantungaann!! kaget kak.. kaget.. masih deg-degan.. bentar..
    fyuuuhh..

    Makasiiihh!!! XD
    Sarannya bakal diperbaiki buat next story,
    tapi maksudnya 'ekspresi penulis' gimana ya? ._.v
    Ah, iya! kebanyakan ya? oke-oke ntar aku tambah kosakataku.. XD

    buat yang itu siihh lupa mau jelasin.. lupa mau ditaruh dibagian cerita juga.. itu sebenernya yang ngubur si Dimas gitu.. jd kaya' dia abis baca diary adeknya trus dia yg ngelanjutin kegiatan nguburnya gitu.. haha.. parah kelupaann..

    makasih buwanget, kaakk.. XD

    BalasHapus
  3. Hahaha,,stelah bc,kk jg ngerasa,,ntuh kpn si Mel nguburnya,, eh,trnyata di penulis kelupaan,,, hehehe.

    Bagus ko' ta,,Feel nya dpt,,dgn gak pake nama icil,,jd,Q gak ngebayangin wajah" mereka,,selama bacanya,yg ada muka" baru di Khayalanku.. hehehe #Apadeh

    BalasHapus
  4. Katira: :D

    KakEmmy: Kan udah aku ediitt.. tuh yang tulisannya lebih kecil dari yang lainnya.. -___-a, yah begitulah saya haha. makasih deh, kaak udah mau komen :D

    BalasHapus
  5. Taaa... Maap yeee..baru aja bisa OL pake laptop *lap debu di laptop*

    Bagus Ta. Karena pada dasarnya aku selalu lebih suka tipe-tipe cerita yang idenya simpel kayak gini. Suka dengan fokus kamu di melihat matahari bareng-bareng. Simply romantic.

    CUma mungkin mulai berasa agak janggal pas dari bagian yang si Mel nya itu mau beli sesuatu untuk Radit. Gak tau yaaa... entah kenapa berasa agak lempeng. Kok kesannya, well, you just telling things, not showing them.

    Anyway, overall this is a good one :)

    BalasHapus
  6. Ciyeeeh Kak Ami mau baca (?)
    Hehehe, malu saya. baik, saya akan belajar lagi! makasih, kak sudah meluangkan waktunyaa :D

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...