Selasa, 21 September 2010

Rindukan Dirimu [cerpen]

“This is real.. this is me.. I’m exactly where I’m supposed to be now.. gotta let the light, Shine on me.. Now---“
Seorang cowok yang sedang berlari tergopoh-gopoh tiba-tiba saja terhenti langkahnya oleh suara merdu itu.
“Rasanya aku mendengar suara bidadari” pikirnya. Ia menuntun langkahnya menyusuri taman yang sebentar lagi akan sampai di sebuah danau. Semakin lama suara merdu itu semakin terdengar jelas.
“This is me...”
‘sssss..’ Bulu kuduk cowok itu berdiri. Bersamaan dengan terhentinya langkah kakinya. Ia mendapati seorang cewek sedang duduk dibatang pohon besar sambil bersenandung lirih, lirih tapi tidak menghilangkan kemerduan suaranya. Cowok itu berdiri mematung. Entah apa yang membuatnya terdiam.
Cewek itu menyadari kedatangan cowok yang sekarang berdiri mematung itu. Seketika senandungannya terhenti. Ia nampak panik. Membuat cowok itu tertawa kecil. Cowok itu berjalan mendekati cewek itu dan duduk disampingnya.
“Suaramu bagus..” Puji cowok itu. Reaksi cewek itu bukannya senang seperti orang pada umumnya jika dipuji. Cewek itu mendesah pelan. Tatapannya yang tegas dan tajam mendadak menjadi sayu. Cowok itu bingung. Merasa bersalah, ia meminta maaf.
“Maaf.. aku salah ngomong ya?” cewek itu hanya diam, memandangi danau didepannya. Cowok itu makin bingung. Apa yang harus ia lakukan sekarang?. “Oh, iya.. kenalan!” Pikir cowok itu setelah muncul gambar lampu diatas kepalanya. (?)
“Hai.. Aku Rio,  kamu?” Kata cowok  bernama Rio itu, mengulurkan tangannya. Cewek itu menoleh sekilas. Lalu menunjuk label pada buku yang sedari tadi ia pegang. Label itu bertulisakan:
“Ashilla Zahrantiara”
Rio merasa mati kutu. Uluran tangannya diabaikan begitu saja. Ia menurunkan tangannya. Tersenyum kaku. “Berarti aku manggilnya Ashil?” Tanya Rio ragu. Ashilla melotot. Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Zahra?” Ashilla menggeleng. “Emm.. Tiara?” Ashilla mendesah pelan. “Terus apa dong?? Ngomong dong!!” Ucap Rio kesal.
“Shilla, cukup Shilla aja..”.
‘sssss....’ Bulu kuduk Rio berdiri untuk yang kedua kalinya. “Gilaa.. ngomong aja, merdu banget suaranya” Batin Rio. Lalu ia tersenyum lebar. “Oke, Shilla”. Shilla tersenyum tipis dan kembali menatap danau tenang didepannya. Rio mengambil ipodnya, mendengarkannya sampai ia tertidur. Shilla tidak mempedulikannya. Ia tetap memandangi danau didepannya.
‘TRIIIING’ pekikan suara Hape itu membangunkan Rio dari tidurnya. Setelah mengumpulkan nyawa, ia melihat jam ditangannya. Jam 3 sore. Lalu ia mencari sosok cewek bernama Shilla tadi. Tapi. Nihil. Dia nggak ada. “Yaah.. udah pulang..”
Rio meraih Hape nya untuk membaca SMS yang membangunkannya tidur siangnya tadi.

From   : Mas Alvin Bawel :ppp
Woy! Kemana aja lu! Kata mama, lu kabur gitu aja, waktu mau disuntik!. Sekarang mama pingsan gara2 kecapek’an nyariin lu!. Pulang gak lu! Atau lu harus tidur di kamar mandi! =[

Rio mendesah pelan, setelah membaca SMS itu. “Aku lupa! Kalo’ mama itu lemah!! Bodoh! Bodoh!” cibirnya dalam hati. Lalu bergegas pergi meninggalkan danau tenang itu sendirian.

“Haruskah ku hidup.. dalam angan-angan.. Merengkuh ribuan impian.. Haruskah ku lari, dan terus berla-“ Nyanyian Shilla terhenti, karena ia mendengar suara sesuatu terinjak. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Rio sedang menampakkan wajah ‘Ups’, dengan tangan kiri memegangi tangan kanannya. Shilla panik. Dan buru-buru menghadap danau lagi.
“Lagunya dilanjutin aja..” Kata Rio yang tiba-tiba sudah duduk disamping Shilla. Membuat Shilla kaget setengah pingsan. (?). Rio tertawa kecil melihat reaksi Shilla yang kaget.
“A-aw..” Keluh Rio lirih. Masih memegangi lengan kanannya. Shilla tidak berkutik. Masih memandangi danau didepannya.
“Kamu pelit banget sih, masa’ ngomong aja nggak mau..” Ejek Rio sambil memain-mainkan kapas dilengannya. “aww..”
Shilla melotot, membuat Rio kaget. “Ma-maaf deh..” Kata Rio takut-takut. Shilla Cuma menaikkan alisnya. Rio dan Shilla pun terdiam kembali. Shilla sibuk dengan pikirannya sendiri. Rio sibuk memain-mainkan kapas dilengan kanannya yang baru saja disuntik.
~Esok Harinya~
Shilla sedang menulis lirik sebuah lagu. Lagu kesukaannya bersama ibunya. Lagu kenangan baginya. Lagu pembawa sial baginya. Maka ia menulisnya dengan tinta merah. Disertai air mata mengalir pelan di pipinya. (penulis nggak tau, Shilla kenapa -_-). Merasa kesal, Shilla mencoret-coret lirik yang baru saja ia tulis tadi.
“Lho? Kok dicoret-coret?” terdengar suara seorang cowok. Membuat Shilla menghentikan kegiatannya. Spontan Shilla menoleh kesumber suara, dan mendapati Rio sedang membungkuk dengan dahi berkerut.
Cepat-cepat Shilla menghapus air matanya dan menutup bukunya. Shilla kembali menghadap danau.
“Kok kamu nangis? Ada apa?” Tanya Rio, Shilla tidak menanggapi.
“Ah, sial.. tadi waktu dateng nggak denger kamu nyanyi, tumben kamu nggak nyanyi? Kenapa, kamu nangis?”. Shilla masih tidak menanggapi. Rio cengo’ karena daritadi ia dikacangi.
“Gimana ya, caranya biar aku bisa ngobrol ama Shilla? Aku kan pengen temenan sama dia..” Pikir Rio. Ia melirik ke arah buku yang dipegang Shilla, lalu muncullah gambar lampu diatas kepalanya. (?)
“Mmm.. boleh pinjem bukunya nggak?” Shilla menoleh. Bingung. Lalu kembali menghadap ke depan. Memberikan bukunya, tanpa melihat Rio. Rio menerima buku itu lalu memulai membukanya.
Isi dari buku itu adalah kumpulan lirik-lirik lagu. Ya, Rio sudah menduganya sejak awal. Tapi, hey.. dibuku ini ada beberapa teks lagu dengan satu judul yang sama yang ditulis dengan tinta merah. Lagu berjudul ‘Mimpi’ lagunya Anggun C Sasmi. “Kenapa Cuma lagu ini?” batin Rio.
Lalu Rio melakukan idenya tadi. Ia mengambil pulpen yang terselip di sampul buku itu. Lalu mencari halaman kosong. Dan mulai menulis.
Hey Shilla, karena kamu gak mau ngomong.. terpaksa deh aku coret-coret buku mu buat komunikasi, boleh gak? Maaf gak nanya dulu.. hehe ^^v
Lalu Rio memberikan buku itu pada Shilla. “Nih..”. Shilla menerimanya dengan tatapan datar. Ia membuka buku itu dan membacanya dengan dahi berkerut. Namun tak lama ia tersenyum dan mulai menulis. Rio sudah merasakan hawa-hawa keberhasilan.
S       = Hei, Rio.. Aku suka sama idemu.. oke kita pake’ buku ini buat komunikasi =)
R        = Asiikk.. oke, ada beberapa hal yang mau aku tanyain, boleh?
S       = Silahkan..
R        = Kamu suka nyanyi  kan? Tapi.. kok, kalo’ aku dateng, kamu berhenti sih nyanyi nya?
Shilla menggigit bibirnya, lalu....
S       = Aku nyanyi buat aku sendiri, aku gak mau orang lain denger..
R        = Lha? Kenapa? Suara kamu itu bagus banget tau’ pelit banget didenger sendiri. Aku tuh selalu merinding kalo’ denger kamu nyanyi.
S       = Hhh.. kamu nggak tau apa-apa..
R        = Hah? Maksudnya? Sebenernya ada apa sih?
Shilla mulai menulis balasannya, sementara Rio menunggu dengan penasaran.
‘TRIING’ pekik suara Hape Rio. Rio langsung menggerutu nggak jelas. Shilla masih menulis.

From   : Mas Alvin Bawel :ppp
Yo! Lu itu kemana aja sih?  Pulang sekolah ngluyur aja! Kalo’ lu sakit lagi.. kasian Mama tau’! jagain mama kek.. bantuin mama kek.. Mas mau kerja! Jadi sekarang pulang!  atau lu harus makan pake’ nasi ama saos doang! =..=

 Rio mendesah kesal. “Ganggu aja nih, mas Alvin.. tau.. tau.. kalo’ aku gampang sakit! Hhh..” batinnya. Shilla memberikan bukunya.
“Aduh sorry Shill, aku harus pulang hehe.. maaf ya.. bye..” Kata Rio melambai. Senyum tipis Shilla, tatapan tajam Shilla berubah menjadi senyum kecut dan pandangan sayu. Ia melambai lemah.
“Oh, iya! Besok aku pasti dateng lagi.. nanti kalo’ aku dateng, disambut ama nyanyianmu yaa!!” Teriak Rio tiba-tiba. Shilla terkaget.

“Ada tutur kata yang terucap.. ada damai yang kurasakan.. bila---“
‘ssss..’ Bulu kuduk Rio berdiri untuk yang kesekian kalinya. Saat ini ia berdiri dibalik pohon yang membelakangi Shilla. Tanpa sepengetahuan Shilla tentunya. Tujuannya sudah jelas, agar dia dapat mendengar suara merdu Shilla secara utuh.
“Uu... huuu..uu..huuu..”
“DUARR!!!”
“Ya Allah..” ‘ssss...’ Bulu kuduk Rio berdiri lagi. Shilla kaget karena Rio mengagetinya tadi. Dasar!. Jujur sebenernya Shilla senang sekali karena Rio datang. Karena Cuma Rio temannya.
“Hihi.. latah aja suaranya bagus banget! Heran aku!” Ucap Rio sambil duduk disamping Shilla.
“Ah, ayodong.. ngomong..” Shilla menggeleng.
“Hhh.. okedeh, kalo’ gitu aku perlu alasan..” Shilla memberikan bukunya. Rio membuka halaman yang kemarin mereka tulisi.
S       = Karena aku gak mau suaraku mengantarkan maut bagi yang denger. Seperti ibuku.
Rio melongo. Sama sekali nggak ngerti sama apa yang ditulis Shilla ini.
R        = Kok bisa?  :o
S       = Ibuku meninggal.  Didetik-detik terakhir waktu itu, ibu menyuruhku menyanyikan lagu favorite nya. ‘Mimpi’ maka aku menyanyikannya. Dan dengan diiringi nyanyianku itu pun ibu meninggal. Aku tidak mau mengulanginya.
Rio ternganga. Sama sekali nggak ngerti sama jalan pikirannya Shilla. Bagaimana bisa, dia berpikir kalo’ suara bisa mendatangkan maut. “Aneh..”
R          = Ah, aneh kamu Shill, kejadian ibu kamu itu udah takdir tuhan.. lagian ya, kalo’ bener suara kamu kaya’ gitu.. aku udah mati duluan dong sejak awal ketemu kamu.
Shilla menggigit bibirnya. Dia nggak tau mau jawab apa. Perlahan ada tetesan bening mengalir di pipinya. Mungkin ia menyesali pikiran konyolnya. Atau dia menyesali adanya kebenaran di tulisan Rio barusan.
“Lho.. lho.. Shill, jangan nangis Shill..” Rio bingung sendiri. “Sorry, sorry.. tapi jangan nangis.. waduh..”
“Bantu aku Yo.. bantu aku agar aku bisa nyanyi lagi..” Kata Shilla masih membiarkan air matanya mengalir. Rio bingung. “Bukannya kamu udah bisa nyanyi Shill? Bantu apa lagi?”
“Bantu aku, biar aku nggak takut lagi berbicara ataupun menyanyi di depan orang..”
“Baiklah.. itu udah pasti.. kita teman kan?” Rio tersenyum. Mengulurkan tangannya.
“Makasih.. kita sahabat..” Kata Shilla, juga mengulurkan tangannya. Mereka bersalaman. Rio terkaget sesaat. “Oke, Sahabat!” Rio tersenyum lebar.
“Kau se..perti.. nyanyian dalam hatiku yang, memanggil.. rinduku.. padamu hoo~” Tak usah bertanya lagi siapa yang sedang bernyanyi saat ini. Shilla.
Rio berjalan lemas menuju danau. Wajahnya murung. Ibunya sakit parah. Dan dia harus menjaganya. Mas Alvin, kakaknya harus bekerja. Ayahnya juga harus bekerja. Cuma Rio satu-satunya anak yang bisa menjaga ibunya, itupun setelah ia pulang sekolah. Maka Rio meminta izin sebentar saja.. kepada Mas Alvin sebelum ia berangkat kerja untuk pergi ke danau ini.
“Dan sepiiii...”
‘ssss...’ bulu kuduk Rio berdiri untuk yang entah keberapa kalinya.
“Weits.. merinding cuy!” Celetuk Rio membuat Shilla kaget. “Oh, hai Rio! Akhirnya dateng..”
“hehehe...”
Rio dan Shilla saling berbicara. Kali ini tidak menggunakan media buku lagi. Shilla sudah dengan lancar berbicara tanpa teringat trauma nya dulu.
“Woo.. jadi kamu pingin jadi penyanyi?”
“Ya, itu impian ibuku sebenernya. Aku ingin mewujudkannya..”
“Bagus dong..” kata Rio lalu melirik jamnya. “ 5 menit lagi harus pulang” pikirnya.
“Emm.. aku boleh pinjem bukumu bentar nggak?” Ucap Rio, Shilla bingung.
“Boleh, buat apa?”
“Emm.. buat kenang-kenangan..” Jawab Rio yang mulai menulis.
“Kenang-kenangan? Emang kamu mau kemana? Jangan bilang kamu mau pindah ke luar kota?”
“Emm.. nggak kemana-mana sih.. hehe..” jawab Rio, masih sambil menulis.
 “Aneh..” cibir Shilla.
Tak lama kemudian Rio menuntaskan tulisannya. “Nih..”
“Apaan nih?” Lagu? Kamu bikin lagu?”
“Ya.. gitu deeh..” Kata Rio melirik jamnya lagi. “2 menit lagi..” pikirnya.
“Wah.. hebat! Nyanyiin dong..”
“Emm.. boleh..” Kata Rio. Shilla menunggu sambil membaca lirik-lirik yang ditulis Rio tadi.
“Berjanjilah.. wahai sahabatku.. bila kau tinggalkan aku.. tetaplah tersenyum-“
Shilla mendongak, mengalihkan pandangannya dari buku. Ternganga. Tanpa sadar ia memejamkan matanya. Menikmati setiap alunan yang dinyanyikan Rio.
“Rindukan.. dirimu..”  Shilla masih memejamkan matanya.
“Shill?’
“Woiya, Yo? Udah ya.. wawawa.. suara kamu keren Yo! Menghanyutkan!”
“Ha! Lebee... suara kamu tuh, bisa bikin aku merinding” Kata Rio melirik jamnya lagi. “Ini saatnya aku pulang”.
“Beneran.. lagu kamu juga keren banget! Haha.. keren! Keren! Aku boleh nggak nyanyiin lagu ini, ya atas nama kamu lah.. penciptanya. Siapa tau aku nanti beneran jadi penyanyi.. hehe.. Amin!!”
“Boleh, em Shill.. aku harus pulang sekarang..”
“Yaah.. yaudah deh, makasih ya.. lagunya!”
“Oke, ditunggu album mu di toko-toko kaset!” Ucapnya lalu pergi dengan lambaiannya. Shilla membalas. Masih berbinar.
“Semoga.. dirimu disana.. kan baik-baik saja.. untuk selamanya.. Disini.. aku kan selalu.. Rindukan dirimu.. hoo~ Wahai sahabatku..”
“Wooaa!! Ini sih, kerennya kebangetan, hebat!” Shilla berulang kali menyanyikan lagu itu. Hanya satu kali mendengarnya ia langsung hafal. Berulang kali juga ia memuji lagu itu. Dan kali ini ia bertanya-tanya. Karena penulis lagu itu nggak juga dateng.
“Oh, mungkin nggak bisa dateng.. ada kegiatan lain mungkin..” pikir Shilla. Lalu menulis ulang lirik lagu itu dibukunya pake’ tinta biru. Kok biru? Sedih?. (?)
Hari berikutnya pun Rio tak kunjung datang ke danau itu. Padahal Shilla masih mengharapkan kedatangan sahabatnya itu. Ada banyak hal yang ingin Shilla ceritakan kepadanya. Sambil menunggu pun Shilla menulis ulang lagu ciptaan Rio itu. Masih sama, menggunakan tinta biru. Lagi.
Hari berikutnya, hari berikutnya, dan hari berikutnya. Rio tidak juga datang. Shilla yang masih menunggu merasakan kerinduan yang mendalam. (lebe gak sih?)
“Ya, Yo.. kok nggak dateng lagi sih? Trus aku ngomong ama siapa dong? Cuma kamu temen aku.. kamu sebenernya kemana sih? Kenapa sekarang kamu nggak pernah dateng..” ucap Shilla lirih. Ia meraih bukunya. Membolak-balik halaman buku itu, ia berhenti pada halaman dimana terdapat dialognya bersama Rio waktu itu. “Ah, sial..” gerutunya.
Ia mencari halaman kosong. Tapi setiap ia membalik halaman buku itu, yang ada sebuah lirik tanpa judul yang ditulis berulang kali dengan menggunakan tinta biru. Ia sampai di halaman terakhir. Tersisa satu halaman. “Oke, ini halaman terakhir..” Shilla menulis ulang lirik lagu Rio itu untuk yang kesekian kalinya. Menggigit bibir seolah perbuatannya itu dapat mencegah air yang memaksa turun disudut matanya. Sakit sebetulnya.
Setelah menulis sampai selesai, ia merasa ada yang ganjil. Ya, lagu itu belum memiliki judul. Hanya dua kata yang terpikir oleh Shilla.
“Rindukan Dirimu”
Shilla menulis judul lagu itu, yang ternyata langsung melemahkan kekuatannya untuk menahan air bening yang sudah diujung mata. “Kenapa sih, padahal kita juga baru beberapa kali ketemu.. tapi kamu udah menjadi sahabat yang paling penting dalam hidup aku.. nyadar nggak sih?” Ucap Shilla tersenyum kecut.
“Oke, ditunggu album mu di toko-toko kaset!”
‘DEG’ Shilla yang semula duduk sambil memeluk lututnya. Menyembunyikan wajahnya, mendongak secara tiba-tiba. “Rio...”

~ 3 Tahun kemudian~
“Oke.. masih di RiSE FM.. bersama saya Nova Chintya, sesi request udah dibuka dari jam sepuluh tadi, so.. yang mau request lagu-lagu Indonesia maupun luar negri masih ditunggu di nomer yang sama 081234567891. Ya, dan.. sudah ada yang menelpon rupanya, Halloooww... siapa disana?” suara penyiar radio yang berbicara seperti kereta api itu tidak mampu membuat kebosanan Shilla membaik.
“Hola.. RiSE fm.. hola mbak Nova!”
“Holaa.. ya~ dengan siapa? Mau request lagu apa?”
“Aku Rio-“
‘DEG’ “Rio?” Shilla kaget. Cepat-cepat ia mengeraskan volume radio yang semula bersuara lirih itu.
“—Aku mau request lagunya Ashilla dong.. yang Rindukan Dirimu—“
“Hei hei.. itu sudah di request berulang kali..” potong sang penyiar radio.
“Eh.. gak papa.. abis suaranya enak banget..”
“Okedeh.. mau kirim salam??”
“Aku mau kirim salam buat sahabat lama aku yang namanya Shilla. Makasih banyak dan mohon maaf sebesar-besarnya. Salam kangen..”
“Ciee.. sahabat lama nih.. oke, untuk Rio.. eh? Namanya sama kaya’ penciptanya ya? Hehe untuk Rio dan Shilla—lho? Ini  namanya juga sama kaya’ penyanyi nya yah.. haha.. langsung saja kita dengarkan Ashilla Zahrantiara dengan Rindukan Dirimu....”
Shilla mematung.
“Itu.. itu.. itu Rio!! Rio!! Hwaa.. kamu kemana Yo!!” Air mata Shilla tumpah. Tapi ada senyuman terbentuk dibibirnya. Dia tidak menyangka bisa mendengar suara Rio lewat radio. Suara yang tiga tahun lalu sempat mengisi harinya.
“Kau tahu Rio.. kamu sahabatku. Aku sudah mewujudkan mimpiku dan mimpi ibuku. Apa kamu udah beli albumku? Lihat! Udah ada di toko-toko kaset” ucapnya memandang keluar jendela kamarnya.
“Kau tahu? Aku Rindukan dirimu..”
Rio sedang berdiri di berandanya, ditemani radio yang mengalun lembut disampingnya.
“Rindukan.. dirimu...”  Dan Rio pun menyanyikan ending lagu itu bersamaan dengan suara merdu dari radionya. 


Ahaha.. au’ ah..
Nggak ngerti saya sama cerita ini.. =.=” menurutku sih aneh!! Hehe..
Gimana menurut kalian?? Kritik dan saran slalu saya tunggu!!
Makasih! Udah bacaa!!! \(^o^)/
Nb: sebenernya saya nggak tau mau nulis judulnya apaan.. jadi karena saya lagi kesengsem sama lagu Rindukan Dirimu, yaudah saya pake’ aja.. hoho..

3 komentar:

  1. jiaaah !!
    tata !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    suka banget banget banget !
    muach deh :))
    sumpah, q gk bsa nebak dri mna kmu bsa kpikiran mreka yg gk jlas ktemu dmna, n karena pa, trus kenapa mreka hrus pisah, knpa ahrus bcara lewat bku atau apalah (meskipun menggantung dsana knapa rio pergi ?? apa karena dia dan mamany sama2 lemah) hhe....

    gtu donk !!!
    ini bru tata :)) hhe.

    oopsz, nii crita happy ending atw gmna yh !!?

    ^_^

    BalasHapus
  2. mas alviiiiinnnn!!!! bhuahhha.. makan nasi pake saos doang *ngebayangin mas alvin bilang gitu ke rio sambil berkacak pinggang dan melotot (emang bisa?)* :D

    ide ceritanya bagus cah, aku suka, soalnya ga biasa. tapi agak bingung sama genrenya, ceritanya serius, tapi beberapa part unsur kocaknya malah jadi sedikit mengacaukan emosi serius yg udah terbangun. mungkin kalo konsisten emosinya bisa lebih terbawa. cerita ini jadi lebih dark, lebih terkesan misterius, hihihi...

    tapi ide ceritnya ok bgt dah! original kah?

    ps: lagi2 ada yg mati :p

    BalasHapus
  3. Kak Tira : Hehehe... masa' sih!! masa' ahh.. Tapi menurutku mah ini ceritanya nggantung.. -_- sebenernya pengen bikin sekuelnya sih, untuk menjelaskan hal-hal yang menggantung. tapi nggak tau deh.. -_-. hehe makasihh!!

    Kak Acie : Hehehe.. ide ceritanya bagus?? Asiiikk!! haha.. soalnya saya orang nya gak bisa serius! (selalu cari alasan..) oke.. lain kali akan diperbaiki.

    Hei!! ini original ideku aku dong.. kenapa deh?

    Hei!! gak ada yang mati!! siapa???

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...